Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) tengah serius untuk menggarap sektor pertambangan non-batubara, yakni tambang mineral. Emiten berkode DEWA ini sedang mengincar kontrak empat proyek jasa pertambanagan mineral agar dapat digarap di tahun depan.
Presiden Direktur DEWA Saptari Hoedaja mengatakan, saat ini porsi dari pertambangan non-batubara terhadap pendapatan DEWA masih sangat kecil. Dengan masuknya keempat proyek tersebut, Saptari berharap DEWA bisa mengembangkan diversifikasi bisnis dengan meningkatkan porsi pendapatan dari jasa pertambangan mineral.
Baca Juga: Darma Henwa (DEWA) Pacu Kinerja Hingga Akhir Tahun
Namun, Saptari masih belum bisa mengatakan target dan proyeksi pendapatan yang bisa diraih, maupun belanja modal alias capital expenditure (capex) yang akan dianggarkan untuk menggarap empat kontrak jasa pertambangan mineral tersebut. "Masih kecil (kontribusi dari non-batubara). Kita sedang bicara dengan klien. Kita melihat opportunity-nya," ungkap Saptari dalam Public Expose yang digelar Selasa (3/12).
Corporate Secretary & Chief Corporate Service Officer DEWA Mukson Arif Rosyidi menjelaskan, saat ini porsi pendapatan DEWA masih didominasi oleh sektor jasa pertambangan batubara sekitar 97%. Sementara dari segmen pertambangan non-batubara, DEWA baru bisa membukukan pendapatan sebesar US$ 1,76 juta.
"Masih kecil, namun peluang dan prospek ke depan sangat besar, ada empat potensi proyek yang sedang kami bicarakan untuk menjadi kontrak," ujar Mukson.
Adapun, pendapatan non-tambang tersebut didapatkan dari pembuatan akses jalan tambang timah dan seng milik PT Dairi Prima Mineral (DPM) di Sumatera Utara yang sudah dirampungkan bulan lalu. "Pembukaan akses jalan tambang itu sudah selesai bulan lalu, sekitar bulan Oktober," kata Mukson.
Baca Juga: Kontraktor Tambang Belum Merevisi Target Meski Harga Batubara Lesu
Lebih lanjut, Mukson menjelaskan empat proyek yang tengah diincar oleh DEWA. Yakni: Pertama, pengerjaan proyek seng dan timah di Dairi, Sumatera Utara. Mukson bilang, proyek tersebut merupakan lanjutan dari pembuatan akses jalan tambang DPM yang telah dirampungkan DEWA.
"Itu baru satu proyek, akses jalan. Kegiatan lainnya sedang kita bidding, ini cukup besar nilainya," ujar Mukson tanpa menyebutkan angka.
Ia mengatakan, pengerjaan yang sedang diincar DEWA di proyek tersebut adalah pre-mining dan earthwork yang mencakup pengerjaan sipil dan instalasi pertambangan. "Ini sedang bidding dan pembicaraan lebih lanjut,kami harapkan awal tahun sudah ada kejelasan (kontrak)," kata Mukson.
Kedua, adalah proyek penambangan emas dan tembaga di Tombulilato, Blok Sungai Mek, Gorontalo. Dalam proyek tersebut, DEWA ingin dapat mengerjakan road construction, aktivitas penambangan dan reklamasi.
Untuk proyek ini, Mukson mengatakan bahwa DEWA dan calon klien tengah menyusun Letter of Intent (LoI). Ia menargetkan kontrak sudah bisa didapatkan pada Kuartal II-2020 nanti.
Baca Juga: Emiten kontraktor tambang tetap optimistis di tengah lesunya harga batubara
"Kami sedang dalam tahap menyusun LoI. Kontraknya nanti setelah LoI selesai, mudah-mudahan di Q2 (2020) sudah bisa (berkontrak)," imbuhnya.
Ketiga, proyek penambangan emas dan tembaga di Palu, Sulawesi Tengah. Dalam proyek, DEWA mengincar pengerjaan infrastruktur, drilling exploration dan aktivitas penambangan. Saat ini, kata Mukson, pihaknya dan calon klien sedang dalam pembicaraan intensif terkait aspek teknis dan komersial, yang diharapkan bisa rampung pada Kuartal pertama tahun depan.
"Status proyek ini dalam tahap pembicaraan lebih jauh terkait teknis dan komersial, kita harapkan Q1 sudah bisa selesai," sambung Mukson.
Baca Juga: Produktivitas tinggi mendorong peningkatan kinerja Darma Henwa (DEWA)
Keempat, proyek jasa pertambangan mineral selanjutnya yang diincar DEWA adalah tambang emas di Garut, Jawa Barat. Dalam proyek tersebut, DEWA mengincar untuk dapat melakukan aktivitas penambangan bijih dan penanganan limbah.
Dalam proyek potensial ini, Mukson menyebut bahwa DEWA sudah mendapatkan LoI, dan diharapkan sudah bisa mengantongi kontrak di akhir tahun ini. "Mudah-mudahan kontraknya di akhir tahun, nilainya belum bisa kita sampaikan, kami masih dalam proses penghitungan," jelasnya.
Kinerja Batubara
Adapun, hingga Kuartal III-2019, DEWA telah mencatatkan peningkatan volume overburden menjadi 82,70 juta bank cubic meter (Bcm), atau naik 9,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara coal delivery atau produksi batubara DEWA mencapai 11,44 juta Bcm hingga kuartal III. Jumlah itu meningkat 22,1% dibandingkan Kuartal-III 2018 yang mencatatkan produksi sebanyak 9,37 juta ton.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, hingga Oktober 2019, DEWA membukukan volume overburden removal mencapai 96,1 juta Bcm atau naik 11,58% yoy. Sedangkan produksi batubara DEWA mencapai 13,22 juta ton hingga Oktober lalu atau tumbuh 25,08% dibandingkan realisasi per akhir Oktober tahun lalu 10,57 juta ton.
Dengan realisasi tersebut, Mukson yakin sampai dengan akhir tahun 2019, DEWA bisa mencapai volume overburden sebesar 125,7 juta Bcm, atau naik 20,85% dibandingkan 2018 yang mencatatkan 104 juta Bcm.
Baca Juga: Menpora Malaysia bilang video penusukan hoax, Kemenpora Indonesia terheran-heran
Sementara untuk produksi batubara, DEWA mengejar volume sebesar 17 juta ton atau naik 33,47% dibandingkan produksi di tahun 2018 yang sebesar 12,73 juta ton.
Adapun, saat ini DEWA mengelola empat proyek batubara. Yakni, pertama, proyek batubara Bengalon milik PT Kaltim Prima Coal (KPC). Kedua, proyek batubara Asam-asam milik PT Arutmin Indonesia.
Ketiga, proyek batubara Satui milik PT Cakrawala Langit Sejahtera, dan Keempat, proyek jasa pelayanan pelabuhan yag dikerjakan oleh anak usaha DEWA, PT Dire Pratama.
Dari sisi pendapatan, hingga Kuartal III DEWA sudah membukukan sebesar US$ 237,92 juta atau naik 25,97% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni US$ 188,86 juta. Adapun, mayoritas pendapatan masih berasal dari jasa kontraktor batubara.
Proyek batubara Bengalon memberikan pendapatan US$ 165,09 juta. Kemudian pendapatan dari proyek batubara Asam Asam sebesar US$ 60,84 juta, dan dari proyek batubara Satui yang menyumbang pendapatan sebanyak US$ 10,22 juta.
Baca Juga: Unggul Indah Cahaya (UNIC) Akan Menambah Kapasitas dan Garap Proyek Apartemen
Terkait dengan potensi kontrak baru di pertambangan batubara, Mukson mengatakan bahwa pihaknya masih melihat potensi yang bisa dikerjasamakan, baik dengan klien eksisting maupun yang baru. "Potensi itu ada, tetapi kami masih dalam tahap melihat potensi bisa kerja kerjasamakan," katanya.
Sementara mengenai target produksi dan overburden, pihak DEWA masih belum bisa memberikan angka. Begitu juga dengan rencana capex yang disiapkan di tahun depan.
Saptari Hoedaja mengatakan, pihaknya masih melakukan pembahasan mengenai rencana klien di tahun 2020 nanti. "Kita lagi duduk sama klien, kalau klien sudah setuju berapa yang diproduksi, baru kita kasih tahu," ujarnya.
Baca Juga: Ketujuh anak muda yang menjadi staf khusus Presiden Jokowi
Yang jelas, Mukson memberikan gambaran bahwa produksi batubara DEWA bisa lebih tinggi dari target tahun ini yang sebesar 17 juta ton. "Estimasih tahun ini 17 juta ton, tahun depan dapat lebih dari itu. Berapa besarannya belum bisa kami tentukan, kami juga sedang menghitung budget perencaan untuk tahun 2020," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News