kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dibayangi rugi dan beban utang tinggi menjadi lampu kuning bagi BUMN konstruksi


Minggu, 11 April 2021 / 18:41 WIB
Dibayangi rugi dan beban utang tinggi menjadi lampu kuning bagi BUMN konstruksi
ILUSTRASI. Proyek konstruksi yang dikerjakan Wijaya Karya (WIKA) di luar negeri.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor konstruksi alias BUMN Karya kembali menjadi sorotan, lantaran mencatatkan kinerja yang rapuh sepanjang tahun lalu.

Di tengah masa pandemi, BUMN Karya dibayangi beban utang yang tinggi. Kondisi itu diperparah dengan raihan pendapatan yang anjlok signifikan. Laba bersih sejumlah emiten pun merosot tajam, bahkan berbalik rugi dengan angka yang signifikan.

Pengamat BUMN dari LM FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai, penurunan pendapatan dan laba bahkan kerugian BUMN karya sejatinya sudah bisa diprediksi. Di tengah beratnya menjalankan penugasan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, pandemi covid-19 menjadi faktor yang signifikan sepanjang tahun lalu.

Covid mengakibatkan aktivitas bisnis relatif terhenti, termasuk adanya pembatasan mobilitas barang dan manusia. Di sektor konstruksi, akibatnya minim termin progres pekerjaan proyek yang bisa ditagihkan ke customer.

Alhasil, rata-rata revenue BUMN karya pun turun sampai dengan 70%. "Sementara biaya bunga dan fixed cost lain tetap jalan. Akibatnya mereka rugi atau laba terkoreksi tajam," kata Toto saat dihubungi Kontan.co.id akhir pekan ini..

Baca Juga: Waskita Karya (WKST) yakin dapat memperbaiki kinerja tahun ini

Sebagai gambaran, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) pada tahun lalu meraih pendapatan Rp 16,53 triliun, anjlok 39,23% dari tahun sebelumnya. Laba bersih WIKA pun turun signifikan hingga 91,87% menjadi Rp 185,77 miliar.

Jumlah liabilitas jangka pendek WIKA naik menjadi Rp 44,16 triliun dari Rp 30,34 triliun pada 2019. Meski jumlah liabilitas jangka panjang WIKA mengalami penurunan, namun total liabilitas WIKA menanjak jadi Rp 51,45 triliun dari tahun 2019 yang sebesar Rp 42,89 triliun.

Tak jauh beda, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan hingga 96,39%. ADHI membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 23,97 miliar sepanjang tahun lalu.

Jumlah liabilitas ADHI pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp 32,51 triliun, naik 9,53% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 29,68 triliun. Liabilitas jangka pendek ADHI per tahun lalu senilai Rp 27,06 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 5,44 triliun.

Kondisi lebih tragis dialami oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Mampu mencetak laba sebesar Rp 938,14 miliar pada tahun 2019, WSKT berbalik menderita kerugian hingga Rp 7,38 triliun pada 2020.

Liabilitas jangka pendek WSKT meningkat jadi Rp 48,23 triliun pada 2020 dari sebelumnya Rp 45,02 triliun. Meski total liabilitas menurun dari Rp 93,47 triliun pada 2019 menjadi Rp 89,01 triliun pada 2020, namun bertambahnya jumlah ruas tol milik Waskita yang beroperasi justru menambah beban pinjaman yang mencapai Rp 4,74 triliun atau melonjak 31% secara tahunan.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×