kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Disorot Moody's, perusahaan batubara yakin bisa atasi risiko refinancing


Kamis, 14 November 2019 / 21:01 WIB
Disorot Moody's, perusahaan batubara yakin bisa atasi risiko refinancing
ILUSTRASI. PT Indika Energy Tbk (INDY). Moody's memperkirakan risiko refinancing perusahaan batubara akan meningkat pada tahun 2022.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

Sementara dari strategi operasional, Adrian memastikan cadangan batubara ABMM akan bertambah, lantaran akuisisi tambang yang direncanakan ditarget bisa rampung pada akhir tahun ini. "Cadangan baru akan kita peroleh sebenar lagi, tahun ini juga," sambung Adrian.

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu P. Sjahrir mengatakan, kesanggupan pengelolaan risiko dalam refinancing akan berpulang pada kondisi dan strategi masing-masing perusahaan. Namun secara umum, Pandu yakin kondisi pasar batubara akan membaik pada tahun depan.

Kendati begitu, Pandu mengatakan bahwa kondisi pasar dan kinerja perusahaan juga akan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Misalnya, keputusan mengenai besaran dan harga batubara domestik (DMO) juga mengenai kepastian hukum dalam perpanjangan kontrak.

"Yang penting dari sisi kebijakan pemerintah, seperti DMO dengan batas harga atas bisa hilang, sehingga harga bisa balik ke market oriented. Mengenai PKP2B seharusnya selama mengikuti peraturan mendapat perpanjangan," kata Pandu.

Baca Juga: APNI ungkap adanya dugaan kartel oleh dua perusahaan smelter nikel

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menambahkan, terkait dengan risiko cadangan batubara, hal itu semestinya mendorong perusahaan untuk bisa gencar melakukan eksplorasi. Menurutnya, risiko terhadap cadangan memang bisa meningkat jika perusahaan yang terdaftar di bursa minim berinvestasi dalam aktivitas eksplorasi.

"Kalau minim (eksplorasi), tidak ada penemuan baru, sehingga ada kekhawatiran mengenai cadangan dalam jangka panjang," kata Hendra.

Sedangkan menurut Ketua Indonesia Mining Institute Irawandy Arif, proyeksi industri batubara Indonesia hingga tahun 2022 masih positif. Terkait risiko, Irwandy melihat risiko terbesar bukan datang dari isu lingkungan dan penyusutan cadangan. Melainkan dari perpanjangan PKP2B dan juga batasan luas wilayah.

"Paling tidak (industri batubara Indonesia) tidak terpuruk. Mungkin yang paling mengkhawatirkan, yang dapat mengubah outlook positif adalah perpanjangan PKP2B dan batasan luas," ungkap Irwandy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×