Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kegiatan operasi penambangan milik PT Freeport Indonesia kembali memakan korban. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerjunkan tim investigasi sekaligus meminta perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat tersebut menghentikan sementara kegiatan produksi di tambang terbuka Grasberg, Kabupaten Mimika, Papua.
Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara ESDM mengatakan, kecelakaan di areal tambang yang menyebabkan korban jiwa ini merupakan kejadian kedua sepanjang September 2014 ini saja. "Kami akan memberi tekanan ke Freeport dalam investigasi, kami meminta perhatian mereka karena sudah dua kecelakaan terjadi," kata dia ke KONTAN, Minggu (28/9).
Peristiwa yang menyebabkan tewasnya empat pekerja Freeport tersebut terjadi pada Sabtu (27/9) pagi waktu setempat. Ketika itu, satu unit mobil Toyota LWB dengan nomor lambung LV 2740 yang memuat delapan orang penumpang dan satu orang pengendara, terlindas truk tambang HT#220-CAT785. Kecelakan itu terjadi di lokasi tambang terbuka Grasberg.
Empat penumpang yang berada di mobil diperkirakan tewas di tempat. Sedang lima orang pekerja mengalami luka-luka dan dibawa ke Rumah Sakit Tembagapura.
Dua pekan sebelumnya, di area West Muck Bay di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave mengalami longsor. Akibat longsor, material berupa bebatuan dan tanah runtuh, hingga menewaskan satu orang pekerja di lokasi kejadian.
Kementerian ESDM meminta Freeport menghentikan kegiatan tambang terbuka di Grasberg hingga rampungnya investigasi kecelakaan di Grasberg tersebut. "Tambang terbuka untuk sementara dihentikan, sedangkan kegiatan operasi di tambang dalam Deep Ore Zone (DOZ) tetap berlangsung," kata dia.
Penghentian sementara kegiatan produksi di tambang terbuka bakal berujung ke penurunan produksi. Mengutip website resmi Freeport McMoran, rata-rata produksi di tambang terbuka Grasberg hingga pertengahan 2014 lalu adalah 50.700 ton bijih per hari. Sedang di undergrond DOZ mencapai 50.500 ton bijih per hari. Lalu, produksi di underground Big Gossan sebesar 1.700 ton bijih per hari.
Sukhyar memperkirakan, penyelidikan yang dilakukan Kementerian ESDM tersebut akan memakan waktu hingga satu pekan. Itu berarti, kegiatan produksi Freeport juga akan terhenti selama satu minggu. "Ada mekanisme investigasi yang akan kami lalui. Kami akan melihat skalanya, kalau ada kesalahan manajemen, tentu kami akan meminta Freeport maupun kontraktor yang terkait untuk bertanggung jawab," ujar dia.
Artinya, bila sepekan tambang terbuka Gresberg ditutup dalam rangka penyelidikan tersebut, maka Freeport akan kehilangan produksi sebanyak 354.900 ton bijih. Padahal, saat ini Freeport giat melakukan ekspor konsentrat, setelah mengantongi izin dari pemerintah.
Tunggu konsultasi
Daisy Primayanti, Juru Bicara Freeport Indonesia mengatakan, sejak kejadian kecelakaan, aktivitas di tambang terbuka Grasberg hingga saat ini dihentikan sementara, dan hanya kegiatan perawatan tambang yang berlangsung.
Daisy enggan menjelaskan secara detail dampak insiden tersebut terhadap kegiatan produksi Freeport. Menurut dia, sekarang ini Freeport aktif melakukan sosialisasi pencegahan kecelakaan kepada seluruh karyawan tambang terbuka Grasberg.
Manajemen Freeport bermaksud membuka kembali kegiatan operasional tambang terbuka Grasberg, begitu kegiatan sosialisasi tuntas. Namun, "Hal ini akan kami konsultasikan terlebih dahulu kepada inspektur tambang yang sekarang masih berada di jobsite untuk penyelidikan kecelakaan," kata Daisy.
Perlu diketahui, cadangan emas dan tembaga di tambang terbuka Gresberg akan habis pada 2016 mendatang. Untuk itu, Freeport akan fokus menggarap produksi emas dan tembaga di tambang bawah tanah.
Ada empat tambang bawah tanah yang digarap dan sudah menghasilkan produksi. Masing-masing tambang itu adalah DOZ, Big Gossan, dan Deep MLZ. Sementara Kucing Liar baru mulai berproduksi pada tahun 2025. Padahal, kontrak karya Freeport akan berakhir pada 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News