kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dorong kolaborasi ekonomi sirkular, SCG Sustainable Development Symposium digelar


Kamis, 20 Februari 2020 / 20:43 WIB
Dorong kolaborasi ekonomi sirkular, SCG Sustainable Development Symposium digelar
SCG Sustainable Development Symposium Indonesia 2020 bertajuk Circular Economy: Collaboration for Action di Jakarta, Kamis (20/02).


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan konglomerasi asal Thailand, SCG menginisiasi pertemuan para pemimpin organisasi global dan kalangan pemerintahan dalam forum perdana SCG Sustainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020 bertajuk Circular Economy: Collaboration for Action pada Kamis (20/2).

Bertempat di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, forum yang dihadiri sejumlah pemimpin organisasi global dan kalangan pemerintah ini bertujuan untuk menyebarkan semangat ekonomi sirkular guna mendorong terbangunnya kolaborasi penerapan ekonomi sirkular antar pemangku kepentingan.

“Kami sadar kami tidak bisa melakukan hal ini sendirian, oleh karena itu kami ingin melibatkan lebih banyak pihak untuk turut berkolaborasi,” kata President Director PT SCG Indonesia Pathama Sirikul.

Baca Juga: Bidik dana segar US$ 1 miliar, bisnis kemasan SCG Thailand berencana IPO

Lebih lanjut, Pathama mengatakan bahwa konsep ekonomi sirkular sendiri sebenarnya sudah mulai diterapkan di kalangan internal perseroan.

Hal ini dilakukan melalui berbagai cara mulai dari menambahkan kesadaran dan pemahaman konsep ekonomi sirkular di kalangan karyawan hingga menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular dalam model bisnis perusahaan.

Beberapa contoh penerapan konsep ekonomi sirkular yang telah dilakukan diantaranya yakni melalui pengurangan penggunaan bahan baku dalam kegiatan produksi.

Caranya, SCG Indonesia merancang produk yang membutuhkan bahan baku 25% lebih sedikit namun memiliki ketahanan yang lebih kuat melalui teknologi tertentu.

Tidak hanya itu, SCG Indonesia juga sudah mendaur-ulang sisa-sisa produksi yang ada untuk kemudian digunakan kembali sebagai bahan baku.

Baca Juga: Thai Siam Cement's packaging unit set for $1 billion IPO

Untuk diketahui, penerapan ekonomi sirkular di Indonesia sendiri sudah mulai berjalan. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, saat ini sudah terdapat sekitar 600 industri besar dan 700 industri kecil daur ulang dengan kapasitas produksi sekitar 2,3 juta ton per tahun.

Setiap tahunnya, industri daur ulang dalam negeri mengolah sekitar 913.000 ton sampah plastik, 3,2 juta sampah kertas, 49.000 ton sampah tekstil, dan 1 juta ton sampah logam.

Meski begitu, hal ini tidak berarti bahwa permasalahan sampah di Indonesia telah selesai sepenuhnya. Menurut data Stop Ocean Plastics, saat ini tingkat pengoleksian sampah atawa collection rate sampah di Indonesia baru mencapai sekitar 39%. Dengan persentase yang demikian, sekitar 800.000 sampah plastik diperkirakan masih akan terbuang ke lautan hingga tahun 2025 mendatang.

Baca Juga: SCG Borong 40 Juta Saham Mitra10, Tapi Harga CSAP Tetap Tertekan

Persentase collection rate sampah Indonesia juga terbilang lebih rendah apabila dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Untuk negara seperti India saja misalnya, tingkat collection rate sampahnya telah mencapai sekitar 51%.

Sementara itu, beberapa negara lainnya memiliki tingkat collection rate yang jauh lebih tinggi lagi. Hal ini bisa dijumpai pada negara Brasil yang saat ini memiliki tingkat pengumpulan sampah sekitar 90% dan Chile yang memiliki collection rate sebesar 98%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×