Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Pemerintah juga memiliki strategi berupa pengembangan PLTS di area eks tambang di berbagai daerah dengan luas total 2.700 hektare (ha) dan kapasitas pembangkit 2.300 MW.
Rinciannya, di Bangka Belitung direncanakan pembangunan PLTS sebesar 1.250 MW, kemudian PLTS di Kutai Barat sebesar 1.000 MW, dan PLTS di Kutai Kertanegara sebesar 53 MW.
Baca Juga: Kementerian ESDM dorong pemda susun rencana umum ketenagalistrikan daerah
Ada juga strategi pengembangan PLTS terapung dengan total kapasitas 857 MW. PLTS terapung ini tersebar di berbagai lokasi. Di antaranya Waduk Wonogiri, Jawa Tengah, Waduk Sutami di Karangkates, Jawa Timur, Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, Waduk Mrica di Banjarnegara, Jawa Tengah, Waduk Saguling di Jawa Barat, Waduk Wonorejo di Tulung Agung, Jawa Timur, dan Danau Singkarak, Sumatera Barat.
Selain itu, pemerintah juga mendorong pengembangan PLTS Atap secara masif di sektor rumah tangga, komersial, industri, dan kantor pemerintah.
Pengembangan PLTS Atap di daerah-daerah dilakukan melalui sinergi dengan pemerintah provinsi ataupun kabupaten/kota. “Sinergi ini bisa berbentuk program ekowisata, klaster ekonomi, khususnya program energi surya nusantara,” terang Harris.
Pengembangan PLTS Cold Storage juga dilakukan oleh pemerintah. Caranya melalui optimalisasi dana APBN dan kerja sama dengan Kementerian KKP yang diharapkan akan meningkatkan ekonomi wilayah berbasis EBT.
Tak ketinggalan, pemerintah juga menggalakkan PLTS Hybrid khususnya di daerah 3T atau tertinggal, terluar, dan terdepan, termasuk di pulau-pulau kecil Indonesia. PLTS jenis ini coba dikembangkan di kawasan Indonesia bagian timur untuk penciptaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“PLTS Hybrid juga dikembangkan untuk menggantikan PLTD yang banyak digunakan di kawasan terpencil,” tandas Harris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News