kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Dua investor tertarik underground mining


Jumat, 06 Februari 2015 / 13:26 WIB
Dua investor tertarik underground mining


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pengelolaan tambang batubara tampaknya akan memasuki babak baru. Pengusaha mulai tertarik berinvestasi mengembangkan kegiatan tambang bawah tanah (underground mining).

Bambang Tjahjono, Direktur Pembinaan Pengusahaan dan Pembinaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, saat ini seluruh perusahaan tambang batubara di tanah air memakai metode tambang terbuka alias open pit dalam memproduksi batubara. "Ada dua perusahaan yang berminat yang mengajukan underground, PT Merge Mining Industry dan PT Gerbang Daya Mandiri," kata dia, Kamis (5/2).

Merge Mining Industry merupakan perusahaan pemilik izin usaha pertambangan (IUP) batubara di Banjar, Kalimantan Selatan. Anak usaha Merge Mining Holding Ltd, investor asal China ini punya konsesi 971,2 hektare (ha).

Saat ini, Merge Mining telah menggelar konstruksi pembangunan underground dengan investasi US$ 100 juta. Kegiatan produksi diproyeksikan bisa dimulai 2016 mendatang.

Sedangkan PT Gerbang Daya Mandiri merupakan  anak usaha Mitsui Matsushima Co Ltd, investor asal Jepang. Perusahaan tersebut memegang konsesi IUP dengan luas usaha 1.758 ha di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.

Berdasarkan situs Mitsui, Gerbang Daya telah memproduksi batubara lewat metode open pit sejak 2013 dengan volume sebesar 100.000 ton per tahun. Tambang bawah tanah masih dalam tahap konstruksi dengan investasi US$ 73 juta dan bisa beroperasi komersial 2017 dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.

Pemerintah sendiri mendukung usaha tambang bawah tanah karena kerusakan lingkungan relatif kecil. Untuk itu, pihaknya tengah menyiapkan insentif untuk penambangan bawah tanah. Seperti  pengurangan tarif royalti sebesar 2% dibandingkan tambang open pit, dan kemudahan divestasi bagi penanaman modal asing yang cuma 30%.

Ekawahyu Kasih, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) mendukung masuknya investor di tambang bawah tanah yang butuh teknologi tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×