Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sejak Oktober, pengusaha biodiesel menanggung rugi. Harga jual biodiesel ke Pertamina lebih rendah dibandingkan ongkos produksi yang harus ditanggung. Akibatnya, dua produsen biodiesel menghentikan operasinya sementara ini.
Jika masing-masing produsen setiap hari memasok biodiesel sebesar 6.000 kl dengan ongkos produksi USD 15. Maka total kerugian yang ditanggung masing-masing produsen biodiesel sebesar USD 900.000 setiap harinya. Nah, dari enam perusahaan ada dua yang mulai menghentikan pasokan biodiesel ke Pertamina.
Paulus Tjakrawan, Ketua Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) mengatakan, perusahaan lain telah mengurangi pasokan biodiesel. Sebab selisih harga antara harga Mean Of Platts Singapore atau MOPS jauh. Harga MOPS sebesar USD 450 per ton sedangkan harga crude palm oil (CPO) sebesar USD 650 per ton.
"Kami rugi luar biasa. Sehingga tahun ini tidak bisa dibilang apakah bisnis biodisel ini masih menguntungkan atau tidak. Jika belum ada keputusan harga baru," kata Paulus,Jumat (6/2).
Sayang, Paulus enggan menyebut dua perusahaan yang telah menghentikan produksi biodisel. Sementara enam perusahaan biodisel adalah: PT Musi Mas, PT Pelita Agung Agri Industri, PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Darmex Biofuels, PT Eterindo Wahana dan PT Primanusa Palma Energi.
Menyelamatkan perusahaan dari kerugian yang berkelanjutan. Paulus mengatakan hanya dapat dilakukan dengan perubahan harga untuk biodiesel. Plus, Pertamina mau mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News