Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren batubara di tahun 2019 tampaknya akan berlanjut di tahun 2020 ini. Selain kondisi pasar dan pergerakan harga yang cenderung stagnan, ekspansi di sektor emas hitam ini pun diprediksi akan kembali sepi, termasuk dalam aksi akuisisi tambang.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, tren pasar dan pergerakan harga saat ini membuat perusahaan batubara akan lebih berhati-hati untuk menanamkan investasi.
Hendra bilang, perusahaan akan lebih berusaha untuk melakukan efisiensi dengan menekan biaya produksi.
"Pasar dan harga tidak menentu. Jadi kalau untuk akuisisi lahan dan pembelian alat berat, harus disesuaikan dengan rencana tambang yang merujuk pada kondisi dan outlook pasar. Jadi bisa dikatakan akan mengerem," kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/1).
Baca Juga: Sempat mangkrak, pemerintah lanjutkan revisi PP 23/2010 tentang PKP2B
Meski begitu, Hendra mengatakan bahwa jika perusahaan melihat outlook bisnis batubara masih belum bisa membara dalam beberapa waktu ke depan, maka kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk melakukan ekspansi dalam investasi di bisnis non-batubara.
Namun, kata Hendra, ekspansi dalam rangka diversifikasi bisnis ini bukanlah hal yang mudah. Selain nilai investasi yang tinggi, diversifikasi bisnis ini pun bersifat jangka panjang.
Sehingga, perusahaan juga akan melihat sisi dukungan regulasi dan kepastian hukum yang diberikan pemerintah.
"Kalau perusahaan melihat outlook ke depan market kurang membaik, jika ada dukungan regulasi dan kepastian hukum, ini bisa jadi momentum untuk mulai berinvestasi di non-batubara yang sifatnya jangka panjang," kata Hendra.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo. Menurutnya, perusahaan akan mengerem ekspansi, terutama dari sisi akuisisi lahan tambang, juga terpengaruh oleh langkah pemerintah yang akan memperketat pengawasan dan pengendalian produksi.
Baca Juga: Produksi Batubara dijaga Pemerintah, Emiten Berharap Harga Bakal Bergairah premium
Seperti diketahui, realisasi produksi pada tahun lalu mencapai rekor hingga 610 juta ton, atau 124,74% dari target produksi di tahun 2019. Untuk tahun ini, pemerintah mematok target produksi batubara nasional di angka 550 juta ton.
Pemerintah pun berkomitmen untuk memperketat pengawasan agar realisasi produksi tidak meroket dari target seperti di tahun terakhir ini.
"Jadi bagaimana mau akuisisi kalau di saat yang bersamaan pemerintah juga memperketat pengendalian (produksi). Dari sisi harga pun sulit rebound (meningkat) dan juga cenderung flat," ungkap Singgih.
Sekali pun ada ekspansi atau akuisisi, Singgih memprediksi hal itu tidak akan terjadi di awal tahun. Sebab, perusahaan akan terlebih dulu melihat hasil evaluasi pemerintah dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dilakukan di tengah tahun.
"Tidak mungkin melangkah (ekspansi) di kuartal I, melihat evaluasi pemerintah dulu," sebutnya.
Baca Juga: Kata para analis atas kebijakan pemerintah mengontrol produksi barubara
Sejumlah emiten batubara pun mengamini hal tersebut. Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk Febriati Nadira mengatakan, rencana bisnis perusahaan berkode emiten ADRO ini memang baru akan dirilis pada awal Februari 2020.
Namun, dirinya memastikan bahwa ADRO belum memiliki agenda ekspansi seperti akuisisi tambang baru.
"Belum ada rencana akuisisi tambang. Adaro akan fokus menerapkan operational excellence dan efisiensi di seluruh rantai bisnis perusahaan agar mencapai kinerja yang solid dan target yang ditetapkan," kata Nadira ke Kontan.co.id, Minggu (12/1).
Namun, Nadira mengatakan, bahwa Adaro tetap akan fokus melakukan diversifikasi pada bisnis non-batubara, khususnya di listrik dan air bersih.
"Kami memahami bahwa batubara bergerak mengikuti siklus, dan untuk mengatasinya kami terus mengembangkan bisnis non-batubara untuk mendapatkan dasar penghasilan yang lebih stabil dan mengimbangi volatilitas sektor batubara," ungkapnya.
Baca Juga: Pemerintah kontrol produksi batubara, ini jawaban INDY dan BUMI
Manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga belum berencana untuk melakukan ekspansi dalam bentuk akuisisi lahan tambang di tahun ini.
Namun, Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, pihaknya akan fokus untuk mengoptimalkan aset eksisting dan juga diversifikasi pendapatan dari anak usaha yang bergerak di bidang non-batubara, yakni melalui tambang mineral dan logam di PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Dari BRMS, Dileep mengatakan bahwa pihaknya berharap bisa memulai percobaan produksi emas di PT Citra Palu Minerals pada Kuartal I 2020. Setelah itu, dilanjutkan dengan produksi komersial seng dalam kurun waktu sekitar dua tahun, dari proyek Dairi yang bermitra dengan China Non Ferrous Metals (CNFC).
"Tidak ada rencana (akuisisi tambang batubara). Plan kami adalah optimalisasi dan juga diversifikasi dari aset kami, seperti BRMS," ungkap Dileep.
Lanjut Akuisisi
Namun, hal yang berbeda ditunjukkan oleh PT ABM Investama Tbk (ABMM) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Kedua emiten batubara ini optimistis bisa menuntaskan agenda ekspansi melalui akuisisi tambang pada tahun 2020 ini.
Baca Juga: PTBA dukung kebijakan ESDM untuk kontrol produksi batubara
Direktur ABMM Adrian Erlangga mengatakan, pihaknya tengah mengincar tambang batubara baru yang memiliki nilai kalori menengah-tinggi. Saat ini, kata Adrian, pihaknya tengah melakukan review dan berharap bisa segera masuk ke tahap uji kelayakan alias due diligence.
Namun, Adrian masih enggan mengungkapkan tambang mana yang tengah menjadi incaran, berapa nilai cadangan, serta anggaran yang disiapkan ABMM untuk melakukan akuisisi. "Belum bisa saya sampaikan, masih kita review. InsyaAllah (akuisisi) dilakukan tahun ini," sebutnya.
Adrian berpendapat, pergerakan pasar dan tren harga batubara saat ini tidak menjadi penghalang untuk melakukan akuisisi. Asalkan, katanya, perusahaan menemukan kecocokan dalam harga, jenis dan juga cadangan batubara yang diinginkan.
"Menurut saya tetap tepat untuk akuisisi. Kan akuisisi tidak bicara jangka pender, tapi seumur tambang. Kalau memang ada tambang yang baik dan harganya pas, pasti kita ambil," ungkap Adrian.
Baca Juga: Mitrabara Adiperdana (MBAP) targetkan produksi batubara 4 juta ton di 2020
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin juga mengatakan hal yang serupa. Saat ini pihaknya akan segera melakukan due diligent untuk mengakuisisi tambang.
Menurut Arviyan, meski dengan kondisi pasar dan harga saat ini, pihaknya akan melakukan optimalisasi tambang eksisting sembari menjajaki akuisisi tambang dan fokus pada diversifikasi, khususnya dalam proyek gasifikasi batubara.
"Sedang akan due diligent. Selain batubara, kami juga akan memulai gasifikasi. Kita akan lakukan keduanya," tandas Arviyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News