kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.445   1,00   0,01%
  • IDX 7.886   84,28   1,08%
  • KOMPAS100 1.105   15,66   1,44%
  • LQ45 799   5,45   0,69%
  • ISSI 270   3,79   1,42%
  • IDX30 414   3,13   0,76%
  • IDXHIDIV20 481   3,65   0,76%
  • IDX80 121   0,81   0,67%
  • IDXV30 133   1,45   1,10%
  • IDXQ30 134   1,23   0,93%

Ekspor Furnitur Kayu ke AS Masih Tertekan Meski Tarif Diturunkan Jadi 19%


Rabu, 03 September 2025 / 17:18 WIB
Ekspor Furnitur Kayu ke AS Masih Tertekan Meski Tarif Diturunkan Jadi 19%
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Budi Santoso melepas ekspor produk furnitursenilai USD 70.000 atau setara Rp1,11 miliar di Klaten, Jawa Tengah pada Jumat (22/11). Furnitur tersebut merupakan produksi PT Inkase Indo Corpora yang akan diekspor ke Prancis dan AmerikaSerikat (AS).


Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mebel dan furnitur berbasis kayu Indonesia masih menghadapi tekanan ekspor ke Amerika Serikat (AS), meski tarif impor yang dikenakan Negeri Paman Sam akhirnya ditetapkan 19%, lebih rendah dari rencana awal 32%. 

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan ketidakpastian yang muncul sejak awal pengumuman tarif membuat order dari buyer AS sempat terganggu.

“Pengumuman tarif 32% sebelumnya membuat buyer AS menunda atau mengurangi pesanan, sehingga terjadi penumpukan barang di gudang dan terganggunya arus kas eksportir. Setelah negosiasi, tarif khusus impor dari Indonesia diturunkan menjadi 19%, sehingga ketegangan sedikit mereda, meskipun harga jual tetap naik,” ujar Sobur kepada Kontan, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga: Sinergi Genjot Ekspor ke Korea Selatan, 12 Perusahaan Furnitur Tampil di KOFURN 2025

Ia menambahkan, tarif baru ini tetap menekan margin keuntungan eksportir. Pasalnya, buyer AS terpaksa menaikkan harga jual furnitur termasuk dari Indonesia. “Kenaikan harga jual di pasar AS diperkirakan antara 20%–40% untuk produk furnitur upholstered dari Asia, termasuk Indonesia,” jelasnya.

HIMKI mencatat industri kini juga mulai mengalihkan fokus ke pasar alternatif. “Ada percepatan negosiasi CEPA dengan Uni Eropa yang menjadi upaya diversifikasi pasar. Pemerintah juga mendorong integrasi regional seperti ASEAN dan RCEP sebagai mitigasi risiko tarif AS,” ungkap Sobur.

Namun, dari sisi daya saing, posisi Indonesia tidak sepenuhnya menguntungkan. Menurut Sobur, tarif impor yang dikenakan kepada Indonesia sama dengan Malaysia di level 19%, sementara Vietnam menghadapi tarif sekitar 20% dan lebih cepat melakukan negosiasi bilateral dengan AS. 

Baca Juga: IEU-CEPA Berpotensi Dongkrak Ekspor Mebel ke Eropa hingga 25%

"Vietnam tampak lebih proaktif sehingga memiliki peluang memperkuat posisi di pasar AS pasca-tarif, sementara Indonesia relatif masih menghadapi tantangan,” katanya.

Dengan sekitar 270.000 tenaga kerja yang bergantung pada sektor furnitur berbasis kayu, HIMKI menekankan pentingnya strategi pemerintah dan pelaku usaha untuk menjaga pasar ekspor tetap tumbuh, di tengah gejolak tarif global.

"Tarif yang direncanakan ini memicu HIMKI untuk memperingatkan potensi PHK massal terhadap sekitar 270.000 pekerja di sektor ini. Namun, kemudian terjadi negosiasi ulang: AS menurunkan tarif khusus impor dari Indonesia menjadi 19%, menggantikan ancaman tarif 32% tersebut," pungkasnya.

Baca Juga: Ekspor Furnitur ke AS Kena Tarif 19%, HIMKI: Buyer Beralih ke Vietnam

Selanjutnya: Saham HBAT Disuspensi Bursa, Simak Prospek Kinerjanya

Menarik Dibaca: 15 Rekomendasi Makanan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami Menurut Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×