kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.547   -8,00   -0,05%
  • IDX 6.845   17,22   0,25%
  • KOMPAS100 989   0,80   0,08%
  • LQ45 766   2,60   0,34%
  • ISSI 219   0,42   0,19%
  • IDX30 397   1,64   0,41%
  • IDXHIDIV20 467   0,80   0,17%
  • IDX80 112   0,37   0,33%
  • IDXV30 115   0,32   0,28%
  • IDXQ30 129   0,41   0,31%

Ekspor ikan ke Amerika terhalang persyaratan ketat


Senin, 14 Maret 2016 / 10:29 WIB
Ekspor ikan ke Amerika terhalang persyaratan ketat


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengusaha perikanan terus berupaya menggenjot ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu pasar utama Indonesia. Namun, ekspor justru menurun seiring dengan standar yang makin ketat dari Negari Paman Sam. 

AS menjadi pasar yang potensial bagi Indonesia. Maklum, negara tersebut membebaskan bea masuk produk perikanan melalui skema Generalized System of Preference (GSP) pada tahun 2015.

Namun, saat ini pemerintah AS sedang menyiapkan rancangan undang-undang yang mengharuskan nelayan menjelaskan lokasi ikan ditangkap serta tipe kapal dan tipe jaring yang digunakannya. Bahkan nelayan diharuskan menjelaskan proses pengolahan yang dilakukan.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke AS merosot 37,5% dari US$ 1,84 miliar pada tahun 2014 menjadi US$ 1,15 miliar pada 2015.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perikanan Indonesia (Gappindo) Herwindo Suwondo mengakui aturan ekspor ke AS memang makin ketat. "Sudah banyak tuna kita yang ditolak karena tidak sesuai dengan standar mereka," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (13/3).

Namun, Herwindo menambahkan, penurunan ekspor tersebut bukan semata akibat standar yang makin ketat melainkan juga dampak moratorium yang terlalu lama bagi kapal eks asing. 
Padahal, penangkapan ikan jenis tertentu seperti tuna hanya bisa dilakukan oleh kapal long line yang sebagian besar masih diproduksi di luar negeri. 

"Ini berbahaya karena karena tuna merupakan andalan ekspor kita," ujar Herwindo. 

Menurut Herwindo, tidak ada jalan lain selain menaikkan standar perikanan Indonesia. Hal ini juga berlaku bagi ekspor ke Jepang dan Uni Eropa.

Senada dengan Herwindo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo pun mengakui pembeli AS semakin ketat. Sebagian menuntut adanya sertifikasi internasional yang berkaitan dengan food safety dan lingkungan.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan, industri perikanan Indonesia harus memperhatikan tata kelola yang lebih bertanggung jawab karena itu menjadi tuntutan dunia. Hal tersebut dilakukan agar produk perikanan Indonesia dapat memasuki seluruh pasar dunia.

Salah satu upaya pengusaha mempromosikan produk perikanan Indonesia melalui Seafood Expo North America (SENA) yang berlangsung di Boston, AS pada 6-8 Maret 2016. Sebanyak 16 perusahaan turut serta dalam pameran tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×