kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,20   6,85   0.74%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor kayu olahan Indonesia sepanjang tahun 2019 turun 4%


Sabtu, 04 Januari 2020 / 06:15 WIB
Ekspor kayu olahan Indonesia sepanjang tahun 2019 turun 4%


Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengatakan, total nilai ekspor kayu olahan Indonesia tahun 2019 sebesar US$ 11,64 miliar, turun 4% dari nilai ekspor tahun 2018 sebesar US$ 12,13 miliar.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengatakan, penurunan itu imbas dari kondisi perekonomian global yakni adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang berdampak pada menurunnya volume perdagangan sektor usaha kehutanan tahun 2019. Pasalnya negara tujuan ekspor terbesar produk kayu olahan Indonesia adalah Tiongkok diposisi teratas, diikuti Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Korea.

Baca Juga: Potensi Produk Indonesia di Pasar Australia

“Penurunan permintaan dunia melemahkan kinerja ekspor kayu olahan Indonesia, yang secara berantai menurunkan permintaan pasokan bahan baku dari sektor hulu, baik dari hutan alam maupun hutan tanaman,” kata Indroyono, Jumat (3/1).

Indroyono mengatakan, produksi kayu hutan alam tahun 2018 mencapai 7 juta meter kubik, sedangkan tahun 2019 hanya tercapai 5,8 juta meter kubik atau turun 16,30 %. Penurunan produksi hutan alam ini terutama karena berkurangnya permintaan pasokan dari industri pengolahan kayu, terutama industri panel dan woodworking yang sebagian besar bahan bakunya menggunakan kayu alam.

Sementara itu, produksi hutan tanaman juga mengalami penurunan tipis, pada tahun 2018 mencapai 40 juta meter kubik, sementara produksi hutan tanaman tahun 2019 tercatat 39 juta meter kubik, atau turun 1,63 %.

“Yang cukup menggembirakan dari hutan tanaman, terjadi kenaikan luas penanaman yang cukup signifikan dimana tahun 2018 penanaman hanya mencapai 196.000 ha, sedangkan pada tahun 2019 lalu realisasi tanaman meningkat 51,09 %, menjadi 297.000 ha," ujar dia.

Baca Juga: Ini daftar lima Tol Trans Sumatera yang beroperasi tahun depan

Meski begitu, lanjut Indroyono, terdapat tren yang cukup menjanjikan yaitu tren produksi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang terus meningkat.

“Sebagai bagian dari lini konfigurasi bisnis baru kehutanan, kenaikan produksi HHBK dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2018 produksi sebesar 358,8 ribu ton, sedangkan tahun 2019 produksinya mencapai 380,61 ribu ton," ucap dia.




TERBARU

[X]
×