Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Para produsen mobil di dalam negeri berharap ekspor mobil terus bertambah setiap tahunnya. Namun rupanya meningkatkan ekspor mobil tidaklah mudah.
Seperti yang diungkapkan oleh Djongkie Sugiharto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Menurutnya, Gaikindo ingin tahun ini ekspor CBU bisa mencapai 250.000 unit naik dari tahun lalu yang sebanyak 202.273 unit.
Namun, kata Djongkie, untuk meningkatkan ekspor ada dua faktor yang menentukan. “Yang pertama pengaturan ekspor itu kehendak kantor pusat APM (Agen Pemegang Merek), bukan APM yang berada di Indonesia. Yang kedua, kami harus melihat kondisi ekonomi dan politik negara tujuan ekspor," ujar Djongkie, Kamis (6/8).
Ia menjelaskan APM yang berada di Indonesia hanya berperan sebagai penjahit atau pekerja produksi saja. Adapun negara tujuan dan jumlah volume kendaraan penjualan ditentukan oleh kantor pusat APM yang berada di negara asal mobil tersebut.
Kondisi ekonomi dan politik negara tujuan ekspor juga ikut menentukan volume ekspor. "Kalau negara tujuan ekspor sedang lesu ekonomi dan sedang ada konflik perang, tentu ekspor bisa menurun," ujarnya.
Berdasarkan data Gaikindo, ekspor mobil completely built up (CBU) pada semester pertama tahun ini adalah 107.448 unit tumbuh 15,9% secara year on year (yoy).
Adapun ekspor mobil dalam bentuk completely knocked down (CKD) pada semester pertama tahun ini adalah 50.488 set, turun 4,84% yoy.
Sedangkan ekspor komponen mobil pada semester pertama tahun ini sebanyak 2.412.028 pieces, naik 35,49% yoy.
Sementara itu nilai total ekspor keseluruhan mobil dan komponennya pada semester pertama tahun ini adalah US$ 2,7 miliar, naik 12,5% yoy.
Mobil produksi Indonesia itu diekspor ke lebih dari 70 negara di dunia. Baik di Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News