kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.933.000   16.000   0,83%
  • USD/IDR 16.139   -85,00   -0,52%
  • IDX 7.931   38,34   0,49%
  • KOMPAS100 1.118   1,09   0,10%
  • LQ45 827   -2,94   -0,35%
  • ISSI 267   3,46   1,32%
  • IDX30 427   -1,81   -0,42%
  • IDXHIDIV20 491   -1,62   -0,33%
  • IDX80 124   -0,22   -0,18%
  • IDXV30 128   0,08   0,06%
  • IDXQ30 138   -0,34   -0,25%

Ekspor "Komodo", AAI Siap Investasi US$ 150 juta


Selasa, 23 September 2008 / 16:19 WIB
ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar


Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Test Test

JAKARTA. Masih minimnya penggunaan bus gandeng berbahan bakar compressed natural gas (CNG) alias gas, mendorong  PT Asian Auto International (AAI) memperluas pasar ke mancanegara. Untuk meningkatkan kapasitas produksi, perusahaan akan menyiapkan dana sebesar US$ 150 juta.

AAI menamai bus produksinya "Komodo". Dian Permata, komisaris PT AAI , mengatakan perusahaannya akan mengekspor Komodo ke pasar Asia Tenggara. "Semuanya sedang kita siapkan," katanya, Selasa (23/9). Menurut Dian, pasar bus gandeng sangat potensial, karena saat ini yang terkenal telah mengoperasikan bus way dengan konsep gandeng, adalah Indonesia.

PT AAI adalah perusahaan PMA asal Malaysia. Bekerjasama dengan perusahaan lokal, PT AAI memproduksi bus gandeng bernama Komodo sejak 1997, dan bus single berbahan bakar CNG. Investasi yang telah dibenamkan mencapai US$ 10 juta.

Direktur Marketing Ruddy Soesilo mengatakan, untuk memasuki pasar Asean, PT AAI berencana meningkatkan kapasitas produksinya dari 3-4 unit per bulan menjadi 100 unit per tahunnya. "Dana yang kita butuhkan berkisar US$ 50 juta-US$ 100 juta," tegasnya tanpa mau menyebutkan sumber pendanaannya.

Ekspor “komodo” ini diharapkan mulai terlaksana pada 2010 dengan sistem completely built up (CBU) alias utuh. Negara tujuan ekspornya antara lain Malaysia, Singapura, dan Thailand. Ketiga negara ini sudah mulai menjajaki membeli beberapa unit mobil dari AAI. "Harapannya kita bisa ekspor 50 unit setiap tahunnya," kata Ruddy.

Ruddy bilang sejumlah negara di Asean ini lebih tertarik dengan busway sebagai sistem angkutan massal atau Mass Rapid Transit (MRT) ketimbang kereta bawah tanah. Pasalnya, investasi untuk membangun busway jauh lebih murah.

Pun demikian, bus asal Indonesia masih lebih murah ketimbang bus sejenis yang diimpor dari Eropa. AAI mematok bus buatannya seharga Rp 4 miliar per unit. Bandingkan dengan bus sejenis buatan Eropa yang mencapai Rp 7 miliar.

Bus gandeng produksi AAI Bus ini memiliki lantai setinggi 110 centimeter (CM), dan didesain khusus untuk bus way. Bus ini mampu menampung sebanyak 155 orang dengan kursi sebanyak 41 unit. Komodo memiliki rasio konsumsi bahan bakar sekitar 1,7 kilometer per liter dengan mesin 1100 cc. Saat ini, perusahaan akan menyediakan bus gandeng untuk koridor V sebanyak 13 unit.
 
Selain bus gandeng, perusahaan juga akan menambah lini produksinya untuk bus kategori mini ukuran 9 meter. Rencananya, perusahaan akan memproduksi bus mini sebanyak 100 unit-200 unit pada 2009. "Dana investasinya sebesar US$ 50 juta," tegasnya. Ruddy beralasan bus mini ini banyak digunakan di Indonesia sebagai moda transportasi untuk Metro Mini dan Kopaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×