kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Sawit Indonesia Terancam Penerapan UU Anti Deforestasi Uni Eropa


Kamis, 29 Februari 2024 / 05:25 WIB
Ekspor Sawit Indonesia Terancam Penerapan UU Anti Deforestasi Uni Eropa
ILUSTRASI. Pekerja mengangkut tandan buah kelapa sawit ke dalam truk di kawasan PT Perkebunan Nusantara II, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (17/2/2024).Ekspor Sawit Indonesia Terancam Penerapan UU Anti Deforestasi Uni Eropa.


Reporter: Dimas Andi, Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

Ekspor Turun

Yang terang, penerapan UU Anti Deforestasi berpotensi menggerus ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa yang sebenarnya sudah cenderung turun dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2021, ekspor CPO Indonesia ke kawasan Uni Eropa tercatat sebanyak 4,63 juta ton. Berlanjut ke 2022, ekspor CPO ke Uni Eropa berkurang menjadi 4,1 juta ton, kemudian kembali anjlok menjadi 3,7 juta ton pada 2023.

Secara keseluruhan, kinerja ekspor industri sawit Indonesia memang tidak terlalu menggembirakan bahkan sejak 2019 silam. Data Gapki menunjukkan bahwa ekspor produk-produk minyak kelapa sawit Indonesia pernah mencapai 37,4 juta ton pada 2019. Memasuki 2020 yang bersamaan dengan pandemi Covid-19, ekspor minyak sawit Indonesia menyusut menjadi 34 juta ton.

Baca Juga: Ada UU Anti Deforestasi, Pemerintah Pastikan Sawit, Kopi, Kakao Bisa Akses Pasar UE

Tren penurunan ini terus berlanjut pada 2021 dengan volume ekspor minyak sawit hanya mencapai 33,6 juta ton. Ekspor minyak sawit Indonesia lagi-lagi turun menjadi 33,15 juta ton pada 2022. Berlanjut pada 2023, ekspor minyak sawit Indonesia kembali turun menjadi 32,21 juta ton.

Eddy menilai, kinerja ekspor sawit nasional sangat bergantung pada kondisi ekonomi dari negara-negara pengimpor. Ketika negara importir sawit mengalami perlambatan ekonomi, kemungkinan besar mereka mengurangi permintaan ekspor, termasuk Indonesia.

Gapki memprediksi, ekspor minyak sawit Indonesia bakal kembali mengalami penurunan pada 2024 dengan proyeksi sekitar 30 juta ton. Proyeksi tersebut didasari oleh kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi banyak tantangan sepanjang 2024 berjalan. Risiko perlambatan ekonomi masih menghantui sejumlah negara, termasuk negara maju.

Sebagai contoh Amerika Serikat masih dilanda inflasi tinggi. China sebagai konsumen minyak sawit terbesar juga masih bergulat dengan ancaman pelemahan ekonomi pasca pandemi.

Baca Juga: Ekspor Sawit Indonesia Diproyeksikan Meningkat Hingga 4% Tahun Ini

"Begitu juga dengan Eropa yang kondisi ekonominya melemah akibat defisit fiskal yang meningkat dan diiringi inflasi tinggi," tukas Eddy.

Dalam catatan Gapki, China masih menjadi negara tujuan ekspor sawit terbesar Indonesia dengan penjualan 7,7 juta ton pada 2023. Setelah itu, diikuti oleh India sebanyak 5,9 juta ton, Afrika 4,2 juta ton, Uni Eropa 3,7 juta ton, dan Amerika Serikat 2,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×