kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekuator, sepatu kebanggaan Indonesia


Senin, 01 Agustus 2016 / 15:35 WIB
Ekuator, sepatu kebanggaan Indonesia


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Setelah dirintis dua tahun lebih, sepatu buatan Indonesia dengan kualitas premium bermerek Ekuator resmi diluncurkan oleh Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kementerian Perindustrian (Kemperin), Selasa (26/7) lalu.

Dengan harga US$ 200 atau setara Rp 2,5 juta per pasang, Ekuator digadang-gadang sebagai produk kebanggaan Indonesia yang dapat disejajarkan dengan merek-merek sepatu internasional. Sepatu pria dewasa ini sangat istimewa karena diproduksi oleh industri kecil dan menengah (IKM), bukan perusahaan kakap yang beromzet miliaran hinga triliunan rupiah.

Kelak, sepatu Ekuator diharapkan akan menjadi produk nasional yang bisa bersaing di pasar lokal maupun mancanegara.  Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemperin) Euis Saedah mengatakan, kandungan lokal sepatu Ekuator mencapai 80%. Sisanya 20%, masih didatangkan dari luar alias impor seperti alas sepatu atau sol dari Prancis. Sepatu ini berbeda karena IKM yang memproduksinya. “Selama ini belum ada industri kecil yang mampu membuat sepatu premium, umumnya sepatu biasa,” katanya.

Dari 388 IKM yang ada saat ini, baru CV Fortuna Shoes yang mampu memproduksi sepatu premium. Ekuator dikembangkan oleh Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kementerian Perindustrian (Kemperin) dan diklaim sebagai sepatu premium asli lokal pertama  di tanah air. Sepatu Ekuator diproduksi oleh CV Fortuna Shoes, binaan BPIPI, dengan tujuh model berbeda. Setiap model diberi nama daerah di Indonesia, seperti Papua, Madura, Jawa, Sumatra, Bali, Celebes, dan Borneo. Nama Ekuator sendiri diambil dari letak geografis Indonesia.

Kepala BPIPI Kemperin Ratna Utarianingrum menjelaskan,  sepatu Ekuator baru diproduksi 200 pasang. “Nantinya produksi sepatu Ekuator akan diserahkan ke beberapa IKM di sejumlah daerah sesuai kriteria BPIPI,” ungkapnya. Untuk menghasilkan produk sepatu yang berkualitas, BPIPI melakukan riset dan pengembangan lebih dari dua tahun dengan pendanaan dari APBN senilai Rp 3 miliar.

Kendati diproduksi oleh beberapa IKM, Ratna menjamin, standar kualitasnya akan sama. Sebab, BPIPI secara ketat menerapkan standar operaional prosedur dari mulai teknologi yang digunakan, desain sampai proses produksi kepada IKM yang menjadi mitra binaan. Ratna menambahkan, respon pasar cukup positif atas produk Ekuator. Sebab itu, jumlah produksi akan terus ditingkatkan sesuai permintaan pasar.

Harus bersaing
Memang, untuk menarik minat pasar dalam negeri, apalagi pasar ekspor, bukan perkara gampang bagi produsen sepatu lokal sekelas Ekuator. Selain harus bersaing dengan produk lokal sejenis, mereka juga mesti berjibaku melawan dominasi brand-brand ternama dunia yang sudah lama bercokol. Sebut saja merek Nike, Adidas, Specs, League, dan yang lain.  

Beberapa waktu lalu, santer terdengar kabar bahwa perusahaan-perusahaan produsen sepatu berniat memboyong mesinnya ke luar negeri. Kenaikan upah pekerja selama dua-tiga tahun terakhir menjadi pemicunya. Para pemodal pabrik sepatu merasa kenaikan upah terus menerus sulit mereka imbangi.Untunglah niat mereka tak sepenuhnya berjalan. Meski banyak pabrik sepatu bedol desa dari wilayah sekitar Jakarta, tak semuanya memboyong mesin ke luar negeri.

Malah investasi pabrik sepatu selama dua tahun terakhir tampak menggeliat lagi. Catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam periode 2015-2016 menyebutkan, terdapat tujuh perusahaan sepatu multinasional yang membangun pabrik anyar di Indonesia, dengan total nilai investasi Rp 2,7 triliun. Ditaksir mereka  menyerap 58.300 orang pekerja.

Mereka mendirikan pabrik baru untuk menambah kapasitas produksi menyusul perluasan pasar ekspor. Ketujuh perusahaan itu adalah PT Pou Yuen Indonesia, PT Chang Shin Reksa Jaya, PT Adis Dinamika Sentosa, PT Feng Tay Indonesia Enterprises, PT Parkland World Indonesia, PT Selalu Cinta Indonesia, dan PT Seng Dam Abadi Jaya.

Azhar Lubis, Deputi Pengendalian Pelaksanaan Investasi BKPM bilang, industri sepatu agresif berekspansi setelah pemerintah memberikan prioritas pada sektor tersebut. “Investasi di bidang usaha industri alas kaki adalah salah satu industri yang diprioritaskan pemerintah lantaran banyak menyerap tenaga kerja dan produknya berorientasi ekspor,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×