kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Era new normal, begini strategi pusat perbelanjaan untuk bertahan


Senin, 06 Juli 2020 / 13:30 WIB
Era new normal, begini strategi pusat perbelanjaan untuk bertahan
ILUSTRASI. Petugas Satgas Covid-19 melakukan patroli serta imbauan kepada seluruh pengunjung Mal AEON BSD City.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pusat perbelanjaan di Jakarta telah resmi kembali beroperasi pada 15 Juni 2020. Ada 80 mal yang resmi dibuka kembali di Jakarta setelah sebelumnya ditutup untuk mencegah penularan virus Corona (Covid-19).

Director Retailer Services The Nielsen Company Indonesia Yongky Susilo mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong masyarakat, khususnya kelas menengah atas untuk kembali mendatangi pusat perbelanjaan. Antara lain, hasrat masyarakat untuk berbelanja ke mall setelah tiga bulan melakukan karantina diri.  

Selain itu, masyarakat juga memiliki hasrat untuk membangun kembali kehidupan sosial. Salah satu caranya adalah dengan pergi berbelanja secara offline. 

Baca Juga: Mengundang Rezeki, Pebisnis Rekreasi Mulai Menjual Tiket Lagi

“Orang menangah ke atas punya uang. Mereka bisa menghabiskannya. Mereka juga memiliki keinginan untuk membangun kembali kehidupan sosial (social life),” terang Yongky dalam diskusi strategi pemulihan Mal dan retail yang digelar secara virtual, Senin (6/7).

Namun, ada pula beberapa faktor yang menghambat masyarakat menengah atas untuk mendatangi pusat perbelanjaan. Salah satunya adalah potensi berkurangnya pendapatan karena permasalahan ekonomi. Masyarakat menengah atas juga masih khawatir adanya risiko penularan Covid-19 apabila mereka pergi ke pusat perbelanjaan.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh pengelola pusat perbelaanjaan. 

Pertama, kondisi perekonomi yang mulai memburuk, sehingga menyebabkan daya beli yang memburuk.  Kondisi ini lebih berdampak pada pusat perbelanjaan dengan segmen menengah bawah.

Kedua, masyarakat yang masih takut  tertular virus corona. Fakor ini terutama dialami oleh kelas menengah ke atas. “Tidak ada jalan lain, selain menunjukkan adanya protokol kesehatan agar masyarakat upper middle mau kembali ke mall,” ujar Alphonzus.

Sehingga,  saat ini lalu lintas pengunjung di mall dengan segmentasi  menengah ke bawah sudah cukup ramai namun dengan tingkat belanja yang relatif rendah. Sebaliknya, lalu lintas pengunjung di pusat perbelanjaan kelas menengah atas relatif masih sepi namun dengan tingkat belanja yang tinggi.

Menurut Alphonzus, salah satu strategi pusat perbelanjaan agar bisa bertahan di tengah new normal adalah dengan menyediakan fasilitas selain tempat belanja, baik itu fasilitas olahraga, atraksi wisata, atraksi seni, hingga tempat edukasi.

“Orang-orang butuh tempat untuk berinteraksi. Ini adalah kesempatan untuk menyediakan fasilitas tersebut.  Di masa depan, mall  bukan lagi hanya sebagai tempat belanja,” sambung dia. 

Baca Juga: Penjualan bakal pulih di akhir tahun, ini rekomendasi atas Mitra Adiperkasa (MAPI)

Selain itu, saat ini pengelola mall harus segera bertransformasi secara digital dan online. Promosi, membership, hingga urusan administrasi dilakukan secara digital untuk bertahan.

Melihat kondisi saat ini, Aphonzus optimistis baik mall dengan segmentasi menengah ke bawah maupun menengah ke atas akan bertahan. Hanya saja, membutuhkan waktu untuk mengundang minat masyarakat kembali mengunjungi pusat perbelanjaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×