kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Fenomena “Rojali” Kian Marak: Daya Beli Melemah, Kelas Atas Mulai Tahan Belanja


Selasa, 22 Juli 2025 / 19:13 WIB
Fenomena “Rojali” Kian Marak: Daya Beli Melemah, Kelas Atas Mulai Tahan Belanja
ILUSTRASI. Fenomena “Rojali” atau Rombongan Jarang Beli yang kian sering terlihat di pusat-pusat perbelanjaan menjadi indikasi nyata melemahnya daya beli masyarakat. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena “Rojali” atau Rombongan Jarang Beli yang kian sering terlihat di pusat-pusat perbelanjaan menjadi indikasi nyata melemahnya daya beli masyarakat.

Tak hanya di kalangan menengah ke bawah, tren ini juga mulai menjalar ke kelompok masyarakat kelas atas.

Baca Juga: Fenomena 'Rojali' Marak, Mal Ramai tapi Transaksi Sepi!

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan bahwa fenomena Rojali mencerminkan gejala struktural yang lebih dalam.

“Rojali muncul sebagai akibat dari penurunan daya beli, turunnya tingkat tabungan, dan kekhawatiran terhadap prospek pekerjaan ke depan,” ujar Wijayanto kepada Kontan.co.id, Selasa (22/7/2025).

Menurutnya, bahkan masyarakat kelas atas kini mulai mengerem konsumsi dan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang.

“Ada kecenderungan mereka menahan belanja dan beralih fokus ke investasi untuk menjaga kemampuan konsumsi di masa depan,” jelas dia.

Selain tekanan ekonomi, kehadiran e-commerce juga berkontribusi terhadap perubahan perilaku belanja masyarakat.

Baca Juga: GP Ansor dan Indomaret Jalin Kemitraan Ritel, Sediakan Tiga Model Usaha untuk Kader

Wijayanto menyebut banyak konsumen kini hanya melakukan window shopping di mal, lalu memilih membeli barang serupa secara online karena harga yang lebih kompetitif.

“Fenomena e-commerce memang signifikan. Tapi kita juga harus mencermati data penerimaan PPN dan PPnBM hingga Juni 2025 secara year-on-year (YoY), yang menunjukkan penurunan. Ini menandakan daya beli masyarakat melemah secara agregat, baik di kanal online maupun offline,” terangnya.

Melihat tren tersebut, Wijayanto memperkirakan kinerja pusat perbelanjaan masih akan tertekan hingga akhir 2025.

Kombinasi antara lesunya daya beli dan pergeseran konsumsi ke platform digital menjadi dua faktor utama yang menekan sektor ritel konvensional.

Baca Juga: Kinerja Pusat Perbelanjaan Stabil, Okupansi Capai 85% pada Semester I-2025

“Menurut saya, tren penurunan ini belum akan berhenti dalam waktu dekat. Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan pola konsumsi yang berubah akan terus membayangi kinerja pusat belanja hingga akhir tahun,” pungkasnya.

Selanjutnya: Pasar Properti Daerah Lesu, REI Soroti Lemahnya Daya Beli dan Oversuplai

Menarik Dibaca: Dukung UMKM Naik Kelas, Pegadaian Perkuat Ekosistem Usaha Lewat Gaderian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×