kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Final Investment Decision Smelter INCO di Bahodopi Geser ke April 2022, Ini Alasannya


Kamis, 03 Maret 2022 / 15:00 WIB
Final Investment Decision Smelter INCO di Bahodopi Geser ke April 2022, Ini Alasannya
ILUSTRASI. smelter pertambangan mineral nikel nickel PT Vale Indonesia Tbk INCO?di Sorowako, Sulawesi Selatan.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah memastikan bahwa keputusan investasi final atawa final investment decision (FID)  smelter nikel di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, akan bergeser ke April 2022 karena ada hal terkait teknis yang harus dikaji ulang oleh manajemen INCO. 

Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer (CFO) Vale Indonesia mengatakan untuk proyek smelter di Bahodopi masih terus dalam proses. 

"Sebelumnya disampaikan bahwa FID akan terlaksana di kuartal I 2022, namun kemungkinan akan bergeser ke April 2022 untuk memastikan semua hal terkait perizinan, komersial, aspek ESG dan financing bisa selesai dengan baik," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/3). 

Bernardus menegaskan bahwa tertundanya FID smelter di Bahodopi ini bukan karena imbas pandemi, melainkan ada hal terkait teknis yang harus dikaji ulang. Namun sayang, pihaknya tidak membeberkan lebih jauh mengenai hal teknis ini. 

Baca Juga: Adaro Energy Indonesia (ADRO) Catat Pertumbuhan Pendapatan hingga 58% Sepanjang 2021

Adapun mengenai pasokan listrik ke smelter anyar ini, dikatakan Bernardus, pihaknya belum bisa berkomentar lebih jauh. Katanya tunggu setelah FID rampung. 

Secara umum, Bernardus mengatakan, prospek bisnis nikel di sepanjang tahun ini masih akan cemerlang. Dia melihat bahwa sejumlah ahli memprediksi harga nikel akan tetap baik di sepanjang tahun 2022 mengingat pasokan nikel yang ketat di dunia. Ditambah dengan krisis yang melibatkan Rusia. 

"Salah satu produsen nikel terbesar di dunia ada di Rusia dan krisis yang terjadi saat ini bisa menambah pressure atau tekanan pada supply," ujarnya. 

Kendati harga nikel naik, INCO tetap harus merasakan tantangan dari menanjaknya harga batubara. Bernardus mengatakan terkait dengan kenaikan harga batubara, hal tersebut memang sudah diantisipasi. 

"Tentu saja akan memberikan tekanan pada biaya produksi, tapi perusahaan berusaha mengkompensasi kenaikan dengan beberapa inisiatif efisiensi. Selain itu kami juga mengontrol dengan ketat pemakaian batu bara dan minyak," tandasnya. 

Baca Juga: Kinerja Moncer, Adaro Minerals (ADMR) Yakin Prospek Batubara Kokas Menjanjikan

Pada tahun 2021, konsumsi High Sulphur Fuel Oil (HSFO), diesel dan batubara INCO mengalami penurunan sejalan dengan volume produksi yang lebih rendah karena Vale Indonesia menurunkan pengaturan daya untuk tanur listrik empat yang telah memasuki usia. 

Pada bulan Desember 2021 INCO juga memulai shutdown pembangunan kembali tanur listrik empat dan pembangunan kembali tersebut akan berlangsung selama sekitar lima bulan. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×