kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Food and beverage (F&B) masih di peringkat atas tren bisnis waralaba 2020


Selasa, 14 Januari 2020 / 20:26 WIB
Food and beverage (F&B) masih di peringkat atas tren bisnis waralaba 2020


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun 2019, tawaran waralaba banyak bermunculan dari sektor food and beverage (F&B), terutama untuk jenis kedai kopi. Bukan hanya kopi, minuman kekinian boba, cheese tea, Thai Tea juga tak kalah melejit pada tahun 2019.

Tak hanya sisi minuman, makanan pun demikian. Berbagai inovasi dari tahu, kentang, sosis, ubi dan lainnya juga hadir dengan tampilan yang menarik kaum jajan milenial.

Tampaknya tahun 2020 ini tren waralaba dengan sektor F&B masih akan jadi juara di peringkat bisnis waralaba atau kemitraan.

Baca Juga: Ini Bisnis Waralaba yang Bakal Melejit Tahun 2020

Levita Supit, Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) menuturkan peluang bisnis kemitraan akan masih cemerlang di tahun ini.

Hal tersebut didukung dengan masyarakat yang sudah melek akan membuka usaha sendiri yang kemudian menawarkan kemitraan atau mereka yang membeli kemitraan.

"Sampai saat ini food and beverage masih mendominasi. Hal ini dilihat dari kemitraan yang bermunculan dari sektor F&B, baik baru atau kuliner lama yang keluarkan produk baru. Nah ini artinya bisnis kuliner masih menduduki peringkat atas, masyarakat masih respon baik kuliner yang ada di market," jelas Levita saat dihubungi Kontan.co.id pada Selasa (14/1).

Hal senada juga disampaikan Konsultan bisnis dan waralaba DK Consulting Djoko Kurniawan. Ia menyebut waralaba tahun 2020 akan semakin bergairah, lantaran banyak calon investor yang menginginkan franchise.

Baca Juga: Waralaba F&B tumbuh, Tapisi targetkan punya lebih dari 1.000 gerobak

"Kuliner akan tetap menjadi primadona tahun 2020. Kuliner punya daya tarik yang sangat kuat karena market Indonesia yang sangat besar. Penduduk Indonesia yang sangat besar membuka peluang usaha kuliner sangat menjanjikan jika dikelola secara baik dan benar," jelas Djoko.

Selain kuliner, Djoko berpendapat industri pendidikan juga akan bergerak lebih baik lagi. Bidang pendidikan juga menarik minat calon investor karena semua orang perlu belajar baik di sekolah formal maupun non formal. Tak hanya itu sektor gaya hidup juga akan bertumbuh di tahun 2020.

"Sektor ini akan diisi oleh beberapa bidang, seperti klinik kecantikan, salon modern, spa dan reflexology, kafe-kafe milenial, dan lainnya," tambah Djoko.

Sektor non F&B, juga dinilai Levita masih memiliki potensi meski tak setinggi F&B. Ia memberi contoh seperti bidang jasa dan ritel.

"Walaupun F&B masih teratas tapi tidak semua orang mau bisnis kuliner. Bisnis non F&B lain masih direspon baik, misalkan bisnis baju, sepatu, ritel, sampai pada saat ini masih bagus. Jadi bisnis diluar F&B masih berpeluang, seperti bisnis kebutuhan masyarakat atau misal produk yang ngetren," sambung Levita.

Baca Juga: WALI targetkan industri waralaba tumbuh 15% tahun depan

Sektor pendidikan juga dirasakan akan berkembang di 2020 menurut Konsultan waralaba dari Proverb Consulting Erwin Halim.

Erwin menyebut F&B jadi sektor yang ranking satu di bisnis waralaba lantaran memiliki nilai plus seperti pay back periode (PBP) yang cepat, BEP dengan jumlah penjualan relatif sedikit dibanding bisnis lain serta ROi lebih besar dan cepat terukur.

Tak hanya itu Levita menambahkan, F&B menjadi kebutuhan masyarakat yang selalu dibutuhkan. Namun F&B disebut Levita memiliki nilai minus ditindak tahan lama disimpan yang artinya ada tingkat risiko yang harus diperhatikan.

Selain itu, Erwin juga berpendapat sektor F&B memiliki kelemahan jika pebisnis ingin memindah lokasi maka diperlukan biaya tambahan renovasi. Di mana tampilan tempat penjualan untuk bisnis F&B sangat mempengaruhi penjualan.

Baca Juga: Jaminan Halal dan Utopia Keadilan

Sektor non F&B pun sama memiliki tingkat kelebihan dan kelemahannya. Levita menerangkan sektor non-F&B memiliki nilai kelebihan di mana jika bentuknya produk maka masih dapat dipasarkan hingga tahun depan.

"Tapi kelemahannya ialah, harus lihat lagi apakah produk tersebut masih akan ada marketnya di masyarakat jika dipasarkan tahun berikutnya, itu untuk non F&B," tambah Levita.

Hal tersebut senada disampaikan Erwin, non bisnsis F&B memiliki efek bisnis jangka panjang dan relatif lebih stabil. Sedangkan kelemahannya ialah pada BEP yang terbilang butuh waktu panjang.

Bicara soal jenis usaha F&B apa yang masih miliki peluang mentereng, Levita menyebut kuliner olahan ayam dan mi menjadi salah satunya. Tak ketinggalan kedai kopi masih akan jadi raja sektor bisnis waralaba tahun ini.

Erwin pun sependapat akan hal tersebut, ia juga menyebut selain kopi masih ada boba yang akan jadi usaha ngetren tahun ini. "Minuman khususnya Kopi dan Boba masih akan banyak," ungkap Erwin.

Baca Juga: Menghirup keharuman fulus kedai kopi dari Kopi Konnichiwa

Meski memiliki potensi bagus di tahun ini, Djoko menekankan perlu diingat oleh franchisee bahwa franchisor yang akan dipilih yang utama ialah mereka yang terbukti menguntungkan dan punya sistem kerja yang terintegrasi.

Tak hanya itu adalah sebuah kewajiban dari franchisor untuk membantu franchisee untuk capai kesuksesan yang sama.

"Franchisor yang hanya coba-coba untuk mencari dana segar tanpa niat membuat franchisee sukses, pasti akan segera gulung tikar. Franchisor yang hanya sekadar menjual produk tanpa memiliki sistem bisnis yang baik juga tidak akan mampu bersaing dan akan ditinggalkan calon investor," tegas Djoko.

Sementara itu pemain bisnis waralaba yaitu Bhakti Alamsyah pemilih PT Best Brand Indonesia menyebut dengan adanya dukungan aplikasi layanan pesan antar makanan akan membuat semakin besar potensi usaha F&B.

Baca Juga: Laba dari teh kekinian masih segar hingga saat ini

"Kuliner fast food creative akan terus tumbuh mengingat pengaruh fusion atas kreativitas perkembangan model  kuliner lokal dan dunia tumbuh sangat pesat," jelas Bhakti.

Sama halnya dengan Levita, Djoko dan Erwin, Bhakti tak menutup jika sektor non-F&B juga masih berpeluang di tahun ini, meski tak setinggi F&B.

"Non kuliner atau jasa/services tetap punya peluang selama memiliki advantages bagi customernya berupa personal experience," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×