kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gagap digital, 18 juta pekerja Indonesia terancam kehilangan pekerjaan di tahun 2030


Rabu, 23 Oktober 2019 / 19:16 WIB
Gagap digital, 18 juta pekerja Indonesia terancam kehilangan pekerjaan di tahun 2030
ILUSTRASI. Ilustrasi keuangan digital


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Khomarul Hidayat

Doni Priliandi, CEO Happy5 menyebut kesalahan transformasi digital, bukan karena digital, tapi transformasi perilaku pekerja. Oleh karena itu peran pemimpin perusahaan atau CEO sangat diperlukan di perusahaannya, bukan hanya peran human resources. “Jadi kegagalan transformasi digital bukan karena digitalnya, tetapi orang-orangnya yang tidak bisa beradaptasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (23/10)

Beberapa perusahaan juga mulai beralih ke dunia digital. Hal ini karena digitalisasi bisa dipandang sebagai peluang. Dua diantara perusahaan yang menyadari hal tersebut adalah PT Pegadaian dan Sinar Mas.  Pegadaian semisal, yang akan mengeluarkan produk-produk secara digital baik melalui aplikasi dan website.

“Kami akan masuk ke bisnis mikro untuk pinjaman Rp 25 juta ke bawah. Kami akan masuk ke digital lending. Ini merupakan cara kami menghadapi atau memanfaatkan digitalisasi,” ujar Edi Isdwiarto, Direktur SDM dan Hukum PT Pegadaian.

Sinas Mas juga melihat peluang di segmen tersebut,  Sinar Mas memanfaatkan era digitalisasi dengan berinovasi membangun startup financial technology melalui PT Oriente Mas Sejahtera atau Finmas yang gabungan dari perusahaan multinasional Oriente.

“Finmas adalah perusahaan fintech yang fokus peada kaum menengah ke bawah dan milenial dimana tahun ini Finmas memfokuskan peningkatan literasi keuangan di seluruh Indonesia,” kata Rainer Emanuel, Head of PR Finmas.

Baca Juga: Melek Digitalisasi, Upaya Koperasi Mengembangkan Potensi Diri

Dia mengatakan, geliat sektor fintech di Indonesia telah merambah ke berbagai sektor, seperti startup pembayaran, peminjaman (lending), perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan (crowdfunding), uang elektronik, dan lain-lain.

Fintech di Indonesia tercatat tumbuh signifikan hingga pertengahan tahun ini. Dari data Otoritas Jasa Keuangan, hingga Juli 2019, perusahaan fintech yang sudah terdaftar atau berizin mencapai 127 perusahaan, 8 diantaranya merupakan fintech syariah. Sebanyak 88 perusahaan didanai oleh perusahaan dalam negeri dan 39 didanai oleh asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×