Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
Menurutnya, GIAA juga memiliki 17 lisensi pesawat yang harus dibayar mahal, hal ini membuat inefisiensi karena maskapai lain di manapun hanya memiliki 3-4 lisensi.
Asal tahu saja, berdasarkan laporan keuangan perseroan per 30 September 2019, maskapai pelat merah itu memiliki trust certificates yang tidak dijamin dengan nilai US$500 juta.
Instrumen yang terbit atas kerja sama dengan Garuda Indonesia Global Sukuk Limited itu bertenor 5 tahun dan berkupon sebesar 5,95% per tahun. Sertifikat diterbitkan berdasarkan hak untuk perjalanan dan skema keagenan untuk memenuhi ketentuan penawaran syariah.
Dalam pelaksanaannya, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited bertindak sebagai penerima delegasi, agen pembayar utama, pencatat agen pembayar dan agen pemindahnamaan. Sukuk itu tidak diperingkat dan dicatatkan di Bursa Singapura pada Juni 2015.
Baca Juga: Terpapar Efek Korona, Maskapai Alihkan Rute China ke Destinasi Lain
Artinya, perusahaan memiliki sekitar 4 bulan untuk merancang mekanisme penyelesaian sukuk global yang bakal jatuh tempo.
Per akhir September 2019, perusahaan memiliki rasio liabiliti terhadap ekuitas sebesar 3,84 kali. Hal itu, berasal dari total liabiliti US$3,5 miliar dan ekuitas US$ 910,94 juta.
Kendati demikian, rencana penggalangan dana US$ 900 juta batal direalisasikan perusahaan karena belum tersedianya laporan keuangan limited review atau laporan keuangan audit perusahaan sampai dengan tanggal pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Januari 2019.
Tak ayal jika hingga kini, perusahaan masih menggodok opsi-opsi lain yang mungkin ditempuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News