Reporter: Petrus Dabu, Fitri Nur Arifenie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Selain menggarap ladang minyak dan gas bumi, kini investor juga memburu pertambangan gas metana batubara (GMB) atawa coal bed methane (CBM). Kemarin, sejumlah investor menandatangani tujuh kontrak kerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menggarap blok CBM.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita H. Legowo mengatakan, tujuh kontrak tersebut merupakan hasil lelang reguler wilayah kerja (WK) GMB tahun 2010/2011 dan penawaran langsung WK GMB. Selain itu, ada juga penandatangan kontrak satu WK minyak dan gas.
Blok-blok tersebut terletak di Kalimantan Timur (Kaltim), yakni GMB Melak Mendung I seluas 981,9 km² dikelola PT Ephindo Mega Methana Inc dan GMB Melak Mendung III 995,7 km² oleh konsorsium Deep Industries Limited-Monnet Ispat & Energi Limited.
Kemudian, satu blok seluas 487,3 km² milik konsorsium PT Ephindo Kutai North Inc dan PT Resources Alam Energi. Selain itu, empat blok berada di Sumatera Selatan (Sumsel), yakni GMB Belida seluas 1.498 km² (konsorsium PT Sele Raya Resources dan PT Andalas Metana Energi), GMB Lematang 805,8 km² (konsorsium PT Medco CBM Lematang, PT Methanindo Energi Resources, dan PT Saka Energi Indonsia).
GMB Suban I 1.120 km² (konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana Suban I dan PT Suban Energi), serta GMB Suban II 998 km² (konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana Suban II dan PT Suban Methan Gas).
Menurut kontrak itu, rasio bagi hasil adalah pemerintah 55% dan kontraktor 45% setelah pajak. Kontraktor juga harus memenuhi first trance petroleum (FTP) 10% non-shareable (tidak dibagi) dan cost recovery 100%.
Nilai investasi ketujuh blok CBM itu mencapai US$ 48,93 juta. Kontrak itu juga mendatangkan keuntungan bagi pemerintah berupa bonus tanda tangan atawa signature bonus US$ 8,26 juta.
Sedang kontrak blok migas berada di wilayah kerja Southwest Bird\'s Head di Papua oleh Total E&P Indonesia West Papua. Nilai komitmen eksplorasi selama tiga tahun mencapai US$ 19,5 juta. Kontrak ini menghasilkan Signature bonus bagi pemerintah sebesar US$ 5 juta.
Pengganti minyak bumi
Sammy Hamzah, Presiden Direktur Ephindo, bilang, tertarik berinvestasi di CBM karena prospek energi alternatif sangat cerah. "Ke depan, energi ini akan menggantikan minyak bumi," kata Sammy, sebelum penandatangan kontrak, kemarin.
Ephindo sudah mengelola CBM di blok Sangatta I di Kaltim. Mereka mengolahnya menjadi listrik dan menjualnya ke PLN. "Targetnya tahun ini bisa menjual 1,5 megawatt (MW) dengan harga Rp 900 - Rp 1.000 per Kilo Watt Hour (KWh)," jelas Sammy.
Frila B. Yaman, Direktur Operasi Eksplorasi dan Produksi MedcoEnergi, mengatakan blok Lematang merupakan yang ketiga. Sebelumnya, mereka sudah menandatangani CBM Sekayu dan Muralim yang juga di Sumsel.
Rencananya, mereka berinvestasi US$ 4,6 juta di blok baru itu untuk membangun sejumlah sumur pengeboran. "Targetnya, kami ingin eksplorasi hingga 10 tahun dan eksploitasi 20 tahun," jelas Frila dalam keterangan persnya.
Setelah tujuh kontrak CBM ini, Kementerian ESDM juga akan menawarkan delapan blok CBM lagi dan satu blok migas (lihat tabel). Khusus blok migas berada di Kuala Pambuang, Kalimantan Tengah (Kalteng) seluas 7.946 km².
Diperkirakan, blok CBM itu bisa mendatangkan bonus penandatanganan masing-masing US$ 1 juta, keculai blok Tanah Laut yang mencapai US$ 1,5 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News