Reporter: Adisti Dini Indreswari, Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Harga daging ayam kembali berfluktuasi. Saat ini, harga daging ayam di pasaran kembali normal di kisaran Rp 32.000 per kilogram (kg) atau turun dari harga tertinggi pada bulan lalu yang menyentuh Rp 40.000 per kg.
Tapi, penurunan ini ternyata memakan korban, yakni peternak rakyat. Pasalnya, harga ayam milik peternak saat ini hanya dihargai Rp 12.000-Rp 14.000 per kg atau jauh di bawah biaya produksi yang mencapai Rp 17.000 per kg. Harga ini terjun bebas ketimbang harga bulan lalu yang mencapai Rp 21.000 per kg.
Amblesnya harga ayam dalam waktu singkat ini disebabkan kembali stok ayam di pasar berlimpah usai sempat terjadi penurunan produksi dan kenaikan harga pada awal tahun ini.
Sigit Prabowo, Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) menyatakan, saat ini produksi ayam kembali ke angka 60 juta ekor per pekan, padahal kebutuhannya hanya 48 juta per pekan.
"Ketimpangan antara produksi dan konsumsi ini menimbulkan over supply dan para pemain besar juga sedang perang harga," ujar Sigit, Kamis (18/2).
Sigit menyatakan, tren penurunan harga sudah mulai terjadi pekan lalu ketika harga ayam di tingkat peternak hanya bercokol di level Rp 15.000 per kg dan terus melandai hingga pekan ini.
Sigit menuding, anjloknya harga ayam peternak ini adalah ulah perusahaan peternakan besar, seperti PT Charoen Pokphand Jaya Farm, PT Japfa Comfeed Indonesia, PT Satwa Borneo, PT CJ-PIA (Cheil Jedang Superfreed), dan sejumlah perusahaan besar lainnya.
Sigit bilang, beberapa perusahaan itu menguasai 90% pangsa pasar unggas nasional. Nah, bila terjadi perang harga antara perusahaan besar karena over supply, para peternak kecil yang jadi korban.
Perang harga memang tak terelakkan lantaran sejumlah perusahaan peternakan memang menyimpan bibit ayam atau day old chicken (DOC) pada akhir tahun lalu untuk dibiakkan sendiri dan saat ini sudah panen sehingga harus dilepas ke pasar.
Hartono, Ketua Perhimpunan Insar Perunggasan Rakyat (Pinsar) bilang, saat ini ada kelebihan pasokan DOC sebesar 10 juta ekor dan hal ini harus segera ditanggulangi. Sebab, pada bulan Mei mendatang, produksi DOC bisa mencapai 250 juta ekor per bulan atau 62,5 juta ekor per pekan. Situasi ini bakal makin menekan harga ayam milik peternak.
Hartono mendesak agar afkir atau pemusnahan dini terhadap 2 juta ekor parent stock (PS) ayam bisa dilaksanakan sebelum panen atau April 2016 guna menstabilkan harga ayam. Afkir dini ini merupakan lanjutan dari afkir tahun lalu yang terealisasi 4 juta ekor dari target 6 juta ekor.
Efek ekonomi dan cuaca
Don P. Utoyo, Ketua Umum Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) menambahkan, selain kelebihan pasokan, penurunan harga ayam juga terjadi karena kelesuan ekonomi.
Selain itu, cuaca ekstrem di beberapa wilayah membuat peternak memanen ayam lebih awal sehingga harganya lebih rendah. "Itulah sebabnya, kami meminta pemerintah membantu mengendalikan pasokan ayam," ujarnya.
Ahmad Dawami, Ketua Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia membenarkan bahwa harga ayam saat ini sedang jatuh. Dia bilang, harga ayam di Rumah Potong Hewan (RPH) saat in berada di kisaran Rp 28.000 per kg, sehingga harga ayam di pasaran (pedagang) seharusnya Rp 30.000 per kg.
Ahmad berharap semua pihak tidak panik menghadapi lonjakan dan penurunan harga ayam ini dan jangan terburu-buru menuding kartel karena pengusaha ayam kompak mengendalikan pasokan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News