Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri budidaya udang nasional tengah menghadapi tekanan berat setelah mencuat dugaan kontaminasi radioaktif di salah satu pabrik pengolahan di Serang, Banten.
Dampaknya, harga udang di sejumlah daerah turun hingga 30% dan penyerapan pasar terganggu.
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI), Andi Tamsil, mengungkapkan kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan.
“Harga udang di beberapa daerah sudah turun sampai 30%. Di wilayah terdampak langsung, serapan pasar menurun tajam sehingga petambak terpaksa menjual murah ke lokal. Bahkan pasar lokal pun ikut terpengaruh isu ‘radioaktif’, konsumen enggan membeli,” ujarnya, Minggu (7/9).
Baca Juga: Tarif Resiprokal Trump Buat Penjualan Udang RI Turun hingga 30%, Ini Kata SCI
Padahal, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) telah menegaskan bahwa udang Indonesia aman dari paparan radioaktif. “Permasalahan bersumber pada kasus terisolasi, bukan dari budidaya udang. Udang Indonesia tetap aman untuk dikonsumsi,” tegas Andi.
Namun, SCI menilai situasi ini berlarut karena belum ada penjelasan resmi yang cepat, transparan, dan disertai bukti kepada publik maupun otoritas luar negeri.
“Perlu segera ada sosialisasi hasil investigasi agar situasi kembali normal. Jangan biarkan ketidakpastian ini berlarut, karena dampak kehilangan pasar akan sulit dipulihkan,” tambahnya.
Seorang pengurus pusat SCI yang juga petambak di Sumatra Utara menuturkan, sejak pabrik pengolahan PT BMS di Serang menghentikan pembelian, rantai pasok dari Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, hingga Riau ikut terganggu.
“PT BMS menguasai sekitar 75% penyerapan hasil petambak di wilayah tersebut. Ketika mereka stop beli, agen juga berhenti beli, dan udang menumpuk. Harga dari Rp85.000 turun menjadi Rp60.000 per kilogram,” jelasnya.
Baca Juga: Isu PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Parah Tahun 2025
SCI menekankan, petambak kecil menjadi pihak paling terdampak karena kesulitan menjual hasil panen. Untuk itu, asosiasi mendesak pemerintah segera melakukan komunikasi setara (G to G) dengan otoritas Amerika Serikat, terutama Food and Drug Administration (FDA).
“Masyarakat kita lebih percaya FDA dibanding lembaga domestik. Sepanjang FDA belum menarik pernyataannya soal Cs137, akan sulit mendapatkan kembali kepercayaan publik domestik maupun buyer internasional,” ujarnya.
SCI mengingatkan, udang merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor nonmigas setelah sawit. Karena itu, penyelesaian cepat sangat krusial untuk menjaga devisa sekaligus keberlangsungan hidup ratusan ribu petambak.
Selanjutnya: Gading Serpong Berkembang Pesat, Bisnis dan Investasi Menggeliat
Menarik Dibaca: Dilirik Asing, Saham REAL Jadi Sorotan di Bursa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News