kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

GIMNI: Ekspor sawit tahun depan berpotensi turun demi penuhi B30


Kamis, 18 Oktober 2018 / 22:36 WIB
GIMNI: Ekspor sawit tahun depan berpotensi turun demi penuhi B30
ILUSTRASI. Kelapa sawit


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor minyak sawit pada tahun 2019 diperkirakan bakal berkurang karena diserap untuk penggunaan dalam negeri karena menyambut mandatori perluasan biodiesel 30 alias B30 yang diperkirakan akan efektif tahun depan.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyatakan untuk periode Oktober ini hingga akhir tahun, ekspor sawit masih berada di level rata-rata 3 juta ton per bulan. Angka ini setara dengan proyeksi pertumbuhan ekspor sawit, di luar kebutuhan FAME, sebesar 7,4% per tahun.

"Tapi karena menurut kita keadaan ekonomi yang berkembang tidak kondusif jadi kita prediksi pertumbuhan ekspor 4% tahun 2019 karena memenuhi kebutuhan B30 tahun 2019," kata Sahat, Kamis (18/10).

Memang, dalam roadmap yang disusun pemerintah pada tahun 2019 akan terjadi peningkatan kewajiban bauran dari B20 menjadi B30.

Asal tahu sebelumnya Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia memperkirakan bila B30 terealisasi, maka konsumsi sawit bisa mencapai 9 juta kilo liter dan menyebabkan penghematan devisa US$21 juta per hari.

Sahat juga memproyeksikan pada tahun 2020, porsi ekspor bakal lebih kecil lagi bila pemerintah dan industri menepati komitmen avtur dan green diesel sehingga berpotensi menyebabkan ekspor CPO pada tahun tersebut akan turun hingga 16 juta ton.

Tak hanya itu, Sahat melihat kondisi politik dunia, terutama Eropa, yang tidak bersahabat dengan minyak sawit membuat Indonesia sebaiknya fokus pada negara-negara lain saja.

 Misalnya pada China, India dan pasar baru Afrika yang masih terbuka dan tidak mempermasalahkan maupun merumitkan perdagangan sawit.

"Jadi kita lihat siapa negara yang tidak suka sawit, kurangi dari situ, dan kalau ke pasar yang companion akan tetap kita suplai, yang bikin ribut tidak usah," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×