kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

GMF siap kerja sama bangun hangar di Makassar


Kamis, 18 November 2010 / 11:37 WIB
GMF siap kerja sama bangun hangar di Makassar
ILUSTRASI. Andrew T Supit


Reporter: Gentur Putro Jati |

JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF) membidik peluang kerja sama pembangunan hangar di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar yang dilontarkan PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I.

Direktur Utama GMF Richard Budihadianto mengaku sudah mendengar rencana tersebut, dan menyatakan siap bekerja sama dengan AP I untuk membangun hangar di sana. "Saya akan bertemu Pak Tommy Soetomo (Dirut AP I) untuk membahas rencana pembangunan hangar tersebut. Makassar sendiri merupakan salah satu hub Garuda Indonesia di Indonesia Timur, sehingga kami berencana setidaknya hangar itu bisa dibangun untuk kapasitas dua unit Boeing 737 series," kata Richard, Kamis (18/11).

Sayangnya, Richard mengaku belum bisa menyebut berapa dana yang bisa disiapkan GMF untuk memuluskan rencana itu.

Sebagai perbandingan, anak usaha Garuda Indonesia itu sebelumnya menghitung rencana perseroan membangun hangar 4 di wilayah Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) bakal memakan biaya sekitar US$ 50 juta-US$ 60 juta dengan kapasitas 16 pesawat berbadan sedang jenis Airbus A320 atau Boeing 737. Hanya saja, rencana tersebut meleset karena AP II sebagai pengelola bandara disibukkan dengan pekerjaan membuat grand design pengembangan kapasitas Soetta.

Saat ini GMF memiliki 3 hangar dengan total kapasitas 25 pesawat. Hangar 1 diperuntukkan bagi pesawat berbadan lebar (wide body) dengan kapasitas 4 pesawat. Hangar 2 khusus digunakan untuk melakukan line maintenance berkapasitas 8 pesawat. Terakhir, hangar 3 memiliki kapasitas untuk bisa merawat 13 pesawat sekaligus.

Proyek pembangunan hangar lain yang bisa digunakan sebagai pembanding adalah milik PT Lion Mentari Air di Bandara Sam Ratulangi Manado. Di sana Lion akan membangun hangar berkapasitas dua pesawat Boeing 737-900ER senilai US$ 30 juta sampai US$ 40 juta. Investasi yang ditanamkan Lion relatif lebih besar, karena maskapai yang dikomandani Rusdi Kirana itu juga harus membeli peralatan bengkel untuk hangar baru tersebut.

"Dengan menetapkan Makassar sebagai hub, artinya pesawat yang dioperasikan ke sana lebih banyak. Sehingga dengan membangun hangar di sana, pesawat yang ditempatkan Garuda di sana bisa mendapat perawatan," katanya.

Genjot pendapatan nonaeronautika

Sebelumnya Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha AP I Robert Waloni menjelaskan, rencana perseroan membangun hangar di Sultan Hasanuddin tidak lepas dari upaya perseroan meningkatkan pendapatan nonaeronautikanya tahun depan. Menyusul hilangnya pendapatan perseroan dari layanan air traffic services (ATS) tahun depan. Padahal ATS selama ini menyumbang sekitar 20% dari total pendapatan AP I.

Sebagai informasi, tahun lalu pendapatan aeronautika AP I mencapai Rp 1,41 triliun atau 62,1% dari total pendapatan sebesar Rp 2,46 triliun. Sementara pendapatan lainnya terdiri dari pendapatan non aeronautika sebesar Rp 519,9 miliar, pendapatan operasional Rp 2,05 triliun dan pendapatan lain-lain Rp 405,3 miliar.

Terlebih lagi, jumlah pergerakan penumpang dan pesawat yang melalui Sultan Hasanuddin merupakan tertinggi ketiga dari tiga belas bandara yang dikelolanya. Bandara tersebut hanya kalah dari Bandara Juanda Surabaya dan Ngurah Rai Denpasar.

Laporan tahunan AP I menyebut pada 2009 lalu Sultan Hasanuddin melayani 51.073 dari total 399.381 pergerakan pesawat. Sementara jumlah penumpang yang terbang menuju dan dari bandara tersebut mencapai 5,063 juta dari total 41,681 juta penumpang dari 13 bandara.

"Setiap tahun setidaknya ada 30% penumpang pesawat yang transit di Sultan Hasanuddin. Tetapi karena selama ini kami belum memiliki hotel transit disana maka potensi pendapatan hilang. Sementara MRO diperlukan karena bandara itu dijadikan base pesawat sebagian maskapai," imbuhnya.

AP I tampaknya akan menggunakan skema kerja sama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan bisnis nonaeronautika nya. Pasalnya, Direktur Utama AP I Tommy Soetomo mengaku hanya menyediakan dana Rp 100 miliar sebagai modal pengembangan bisnis nonaeronautika tahun depan.

"Itu sebagai modal awal tahap I, kalau prospeknya bagus baru ditingkatkan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×