Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi investasi sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) bakal rendah pada tahun depan. Ini dampak dinamika ekonomi global.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, kondisi global sedang tidak baik-baik, perlemahan masih terjadi dan bunga pinjaman sedang tinggi-tingginya.
Jemmy menyebut, suku bunga pinjaman The Fed Amerika Serikat saat ini sebesar 5,5 %. Ia memperkirakan The Fed baru akan mulai memangkas suku bunga di akhir kuartal II tahun 2024 dan baru akan berdampak di tahun 2025.
Menurutnya, hal tersebut berdampak terhadap daya beli dan utilisasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di berbagai negara sangat rendah, termasuk di Indonesia yang berada di bawah 50%, terendah semenjak tahun 2020.
“Sehingga yang berinvestasi sangat rendah sekali, baik PMDN (penanaman modal dalam negeri) maupun PMA (penanaman modal asing),” ujar Jemmy kepada Kontan, Sabtu (23/12).
Baca Juga: Ekonomi China Berpeluang Melambat, Indonesia Perlu Perluas Pasar Ekspor
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Sarman Simanjorang meyakini target investasi tahun 2024 akan mencapai sesuai target. Namun hal itu mesti dibarengi dengan keterlibatan semua pihak menciptakan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif.
Keyakinan Sarman bukan tanpa alasan. Sebab, realisasi investasi yang dipatok pemerintah pada tiga tahun terakhir selalu melampaui target meski Indonesia dilanda pandemi Covid-19.
Tercatat, realisasi investasi pada tahun 2020 adalah Rp 826,3 triliun dari target Rp 817,2 triliun. Kemudian, pada tahun 2021 realisasi investasi mencapai Rp 901,02 triliun dari target Rp 900 triliun. Lalu, pada tahun 2022 realisasi investasi mencapai Rp 1.207 triliun dari target Rp 1.200 triliun.
Dengan capaian tersebut, Sarman menilai bahwa tingkat kepercayaan calon investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia itu sangat tinggi. Investor meyakini bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki prospek yang tinggi untuk berinvestasi.
Untuk itu, di tengah tahun politik pada tahun depan, selain menciptakan iklim usaha yang kondusif, ada syarat lain yang mesti dipenuhi. Yakni memberikan gambaran bahwa seluruh tahapan pilpres dan pemilu berjalan dengan aman, nyaman, tenang, tidak gaduh sehingga para investor–investor ini tidak ragu untuk masuk.
Karena bagi calon investor selain dibutuhkan kondusivitas dari sisi politik, keamanan, dan lainnya.
“Saya rasa kalau ini bisa kita tunjukkan saya yakin bahwa tahun 2024 target investasi akan bisa tercapai, itu indikatornya,” ungkap Sarman kepada Kontan.co.id, Jumat (22/12).
Kemudian yang tidak kalah penting, lanjut Sarman adalah masalah-masalah teknis lainnya. Masalah perizinan, lahan, infrastruktur, dan kesiapan energi yang terus dibangun dan diyakinkan.
Baca Juga: APSyFI Kritik Permendag Nomor 36/2023 Soal Kebijakan dan Pengaturan Impor
Selain itu, jika melihat program pemerintah, Sarman meyakini kebijakan hilirisasi dan/atau pertambangan memiliki daya tarik investasi. Berikutnya, pembangunan industri olahan yang mengolah sumber daya alam sebelum diekspor ini juga menjadi daya tarik bagi calon calon investor.
“Jadi kita sangat meyakini bahwa tahun depan geliat investasi kita akan tetap tinggi seperti yang kita capai dalam tiga tahun terakhir,” imbuh Sarman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News