Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan impor batubara dari Indonesia ke China tercatat mencapai 30% secara tahunan atau year-on-year pada Juni 2025.
Mengutip Reuters, Minggu (20/7), penurunan ini melampaui penurunan total impor batubara karena para importir beralih dari batubara dengan kalori lebih rendah ke kalori yang lebih tinggi.
Adapun impor batubara China dari Indonesia mencapai 11,62 juta metrik ton sepanjang Juni ini. Dan selama enam bulan pertama tahun ini, China tercatat telah mengimpor 90,98 juta ton batubara dari Indonesia.
Terkait penurunan volume impor ke China, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebut hal ini terjadi karena adanya respon dari pasar global yang sangat sensitif terhadap harga, regulasi domestik, dan kondisi pasokan energi dalam negeri masing-masing.
"Penurunan impor ini juga dipengaruhi oleh peningkatan produksi batubara domestik China," ungkap Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif APBI Gita Mahirani kepada Kontan, Senin (21/07)
Baca Juga: Pungutan Ekspor Ancam Kinerja Emiten Batubara, Berikut Rekomendasi Analis
Disisi lain, Gita tidak menampik adanya kemungkinan penurunan impor tetap terjadi dalam jangka pendek.
"Tapi kami melihat permintaan dari China tetap akan fluktuatif," tambahnya.
Meski adanya penurunan permintaan, Gita bilang, masih terdapat pasar potensial sebagai importir batubara dari Indonesia, khususnya negara-negara ASEAN dan Asia Selatan.
"Negara-negara ASEAN dan Asia Selatan masih menunjukkan kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik dan industri. Dalam jangka menengah-panjang, potensi pertumbuhan konsumsi energi di negara-negara berkembang ini dapat jadi alternatif yang menjanjikan," jelasnya.
Namun, dalam jangka pendek, peningkatan ekspor dari ASEAN dan Asia Selatan relatif tidak terlalu banyak karena yang tersisa saat ini adalah pembelian dengan harga spot yang cenderung lebih mahal dibandingkan harga kontrak.
"Kalaupun ada pembelian spot saat ini, jumlahnya relatif tidak banyak, karena sudah dalam kontrak berjalan. Apalagi sekarang sudah memasuki pertengahan tahun, akan susah cari kontrak baru, jadi akan susah cari pasar baru," tambahnya.
Gita juga menjelaskan, saat ini China fokus untuk mengimpor batubara kalori tinggi, termasuk dari Indonesia. Sehingga permintaan batubara kalori rendah ke sedang saat ini memang tengah mengalami penurunan.
"Ekspor batubara ke China hampir 60% adalah batubara dengan nilai kalori 3000-4200 GAR dari total ekspor, ini merupakan kategori kalori rendah. China sekarang justru butuhnya kalori tinggi," jelas dia.
Dengan adanya penurunan permintaan, dari target produksi batubara nasional sepanjang tahun 2025 yang dibidik mencapai 739 juta ton, target ekspor adalah sebesar 67,6% dari total produksi.
"Target ekspor tahun ini 500 juta ton atau 67,6 % dari produksi. Sedangkan realisasinya hingga Juni 2025 yang sudah ekspor sekitar 238,64 juta ton atau 47,7% dari target ekspor tahun ini," tambahnya.
Sebelumnya dikabarkan bahwa pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menargetkan produksi batu bara sebesar 735 juta ton sepanjang tahun 2025. Target ini meningkat 3,52% dibandingkan dengan target tahun sebelumnya, yang sebesar 710 juta ton.
Target ini kemudian berubah lagi, berdasarkan data dari laman Minerba One data Indonesia (MODI), target produksi batu bara nasional turun dari target awal, yaitu menjadi 739,56 juta ton.
Baca Juga: Kinerja Emiten Batubara Terancam Pungutan Ekspor, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Selanjutnya: Semester I 2025, Lifting Minyak Capai 578.000 Barel Per Hari, Belum Capai Target
Menarik Dibaca: Masih Reli, IHSG Ditutup Melesat 1,18% Hari Ini (21/7)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News