kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Anjlok, Laba Inalum Turun 4,5%


Selasa, 22 Desember 2009 / 09:46 WIB
Harga Anjlok, Laba Inalum Turun 4,5%


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

JAKARTA. Produsen alumunium nasional, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) kecewa. Soalnya, laba perusahaan patungan antara Jepang-Indonesia ini pada periode April-November 2009 merosot 4,5% menjadi US$ 100,896 juta dari US$ 105,591 juta pada periode yang sama di 2008.

Laba perusahaan ini merosot seiring anjloknya harga aluminium dunia karena dampak krisis ekonomi global. Harga aluminium yang pada periode April-November 2008 rata-rata US$ 2.627 per ton, turun menjadi US$ 1.726 per ton di periode yang sama tahun ini.

Meski begitu, Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait optimis, laba Inalum akan terus naik hingga masa tutup buku April 2010. "Di akhir tahun kemungkinan laba naik menjadi US$ 115 juta," katanya kemarin.

Kenaikan laba itu, menurut Effendi, terjadi jika harga aluminium stabil di kisaran US$ 2.000 per ton. Kemudian, produksi Inalum juga naik dari dari 225.000 ton menjadi 250.000 ton. Pada tahun Fiskal April 2008 - Maret 2009, Inalum membukukan laba bersih US$ 121 juta dengan produksi 245.000 ton.

Selain itu, Effendi berharap, Inalum bisa memanfaatkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) III di wilayah Otorita Asahan. Sebab, pasokan listrik dari PLTA III yang mencapai 154 megawatt (MW) mampu menaikan produksi Inalum hingga 100.000 ton. Jika itu terjadi, kata Effendi, maka pangsa pasar Inalum di pasar dunia dan pasar dalam negeri akan kian besar.

Saat ini, Inalum hanya memasok 0,7% kebutuhan aluminium dunia. "Bandingkan dengan China yang produksinya 15 juta ton dan Rusia 4 juta ton," tuturnya.

Adapun kebutuhan aluminium dunia yang saat ini 39 juta ton per tahun, diproyeksikan akan naik menjadi 50 juta ton di 2013.

"Pertumbuhan per tahunnya 5,2%," kata dia. Sedangkan kebutuhan aluminium di dalam negeri per tahun sebanyak 200.000 ton, di mana Inalum memasok sekitar 100.000 ton per tahun.

Direktur Industri Logam Departemen Perindustrian (Depperin) I Gusti Putu Suryawiryawan berharap, Inalum tetap beroperasi setelah kontrak kerjasama dengan Jepang berakhir di 2013. Sebab, kebutuhan aluminium ingot di dalam negeri terus naik rata-rata 15% per tahun.

Tahun ini saja, kebutuhan aluminium ingot mencapai 350.000 ton. "Pasokan impornya masih terlalu besar, padahal aluminium ingot diperlukan oleh sektor otomotif, permesinan, dan proyek gedung bertingkat," ujar dia.

Putu pun mengaku, Menperin telah menyurati Menko Perekonomian perihal pembentukan tim untuk membahas nasib Inalum di 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×