Reporter: Muhammad Julian | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis penurunan harga batubara acuan (HBA) tidak berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Apollonius Andwie mengatakan, PTBA telah melakukan langkah antisipasi menghadapi volatilitas harga batubara.
“Sehingga, apabila terjadi penurunan harga tidak berdampak signifikan pada kinerja perseroan dan tetap dapat membukukan kinerja positif,” ujar Apollonius kepada Kontan.co.id (9/12).
Pelemahan harga batubara menjelang akhir tahun tercermin pada penurunan harga batubara acuan (HBA) bulan ini. Sedikit informasi, HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Belum lama ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan, HBA bulan Desember sebesar US$ 159,79 per ton. Jumlah itu turun US$ 55,22 per ton dibandingkan dengan HBA bulan November 2021 lalu yang mencapai US$ 215,01 per ton.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) dan INKA jalin kerja sama kembangkan kendaraan tambang listrik
Sebelumnya, HBA terus mengalami kenaikan di hampir sepanjang tahun 2021 ini. Setelah dibuka pada level US$ 75,84 per ton di Januari, HBA mengalami kenaikan pada bulan Februari menjadi US$ 87,79 per ton, lalu sempat turun di Maret US$ 84,47 per ton.
Pada perkembangan selanjutnya, HBA terus mengalami kenaikan secara beruntun hingga menembus US$ 200 per ton di bulan November 2021. Perincian harganya yakni sebesar US$ 86,68/ton di April, US$ 89,74/ton di Mei, US$ 100,33/ton di Juni, US$ 115,35/ton di Juli, US$ 130,99/ton di Agustus, US$ 150,03/ton di September, US$ 161,63/ton di Oktober, dan US$ 215,01/ton di November.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menerangkan, penurunan HBA dipengaruhi oleh intervensi kebijakan Pemerintah China dalam menjaga kebutuhan batubara domestik mereka.
“Pemerintah China telah meningkatkan produksi batubara dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batubara domestik Tiongkok serta kebijakan pengaturan harga batubara oleh pemerintah setempat,” ujar Agung dalam keterangan tertulis.
Faktor lainnya yang juga turut mendorong penurunan HBA ialah adanya peralihan masih berlangsungnya krisis energi. Agung bilang, fenomena krisis energi yang masih berlangsung ini diikuti oleh merangkaknya komoditas energi fosil di luar batubara.
Baca Juga: PTBA Terapkan ESG untuk Keberlanjutan dan Ketahanan Energi Nasional
“Peralihan penggunaan batubara global akibat melonjaknya harga gas dan minyak bumi mulai ter-recovery," jelas Agung.
Di tengah risiko penurunan harga batubara, PTBA berkomitmen mengejar target produksi 30 juta ton. Hingga Oktober 2021 lalu, realisasi produksi batubara emiten tambang pelat merah ini sudah mencapai 2,7 juta ton.
“PTBA optimistis bisa mencapai target produksi 30 juta ton sampai akhir tahun 2021,” tutur Apollonius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News