Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Corona (Covid-19) mempengaruhi harga batubara yang tercermin dalam Harga Batubara Acuan (HBA). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan, HBA April 2020 sebesar US$ 65,77 per ton.
Angka itu turun US$ 1,31 dari HBA Maret yang ada di US$ 67,08 per ton. Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arief mengatakan, posisi HBA saat ini menggambarkan kondisi pasar yang terpengaruh Covid-19. Kondisi ini masih bisa lebih parah jika dampak Covid-19 masih terus berlanjut.
Baca Juga: HBA April turun karena wabah virus corona, ini kata pelaku usaha batubara
"Tentu pengaruh ini belum menunjukkan dampak ke depan. Dampaknya akan lebih besar kalau Covid-19 masih berlanjut beberapa bulan ke depan. Mudah-mudahan cepat berlalu," kata Irwandy kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Kendati begitu, Irwandy menerangkan, dibanding pada tahun 2019 penurunan harga saat ini belum lah signifikan. Dalam catatannya, jika dibandingkan harga rata-rata tahun 2019 dibanding 2018, harga batubara turun sekitar 30%.
Irwandy memproyeksikan, dengan asumsi batubara pada kalori 4.200 kcal/kg, harga batubara sampai akhir tahun bisa berkisar dalam rentang US$ 27 hingga US$ 30 per ton. "Harga ini ini bisa diekuivalenkan untuk HBA sekitar US$ 60-an per ton," kata Irwandy.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli. Menurutnya, kondisi pasar dan harga batubara di periode Triwulan II masih akan tertekan seiring dengan masih lemahnya permintaan dari negara utama pengimpor batubara, terutama di kawasan Asia Pasifik yang merupakan pemakai batubara terbesar di dunia saat ini.
Baca Juga: Ini cara Indocement (INTP) mempertahankan margin di tengah pelemahan rupiah
"Kondisi industri batubara tetap tertekan setidaknya bulan Juli - Agustus sampai status darurat Covid-19 atau lockdown dicabut oleh berbagai Negara," kata Rizal.
Dengan begitu, Rizal memproyeksi harga batubara akan tertekan disepanjang tahun ini hingga tahun depan. Ia menyebut, kenaikan harga batubara bakal menunggu pemulihan kembali industri dan permintaan energi di sejumlah negara, khususnya di China, India, Jepang, dan Korea Selatan sebagai pasar utama batubara Indonesia.
"Proyeksi harga batubara bisa turun ke level US$ 60 per ton di penghujung 2020," sebut Rizal.
Sementara itu, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan, kondisi saat ini jelas akan berdampak terhadap perusahaan batubara. Menurutnya, perusahaan tambang skala besar tidak akan menaikkan produksi, tapi akan lebih memilih bertahan sembari wait and see atas perkembangan aktual penanganan Covid-19.
Baca Juga: Catatkan laba di 2019, simak rencana Bumi Resources Minerals (BRMS) tahun ini
Sedangkan untuk perusahaan kecil, apalagi dengan kualitas batubara rendah, Singgih memperkirakan tahun ini akan menjadi tahun yang sangat berat. Dalam kondisi ini, efisiensi korporasi lumrah menjadi pilihan.
Dengan keadaan sekarang, sambungnya, aktivitas eksplorasi juga diprediksi bakal terhenti. Perusahaan akan cenderung untuk lebih memilih mempertahankan pasar atas dasar cadangan terbukti yang dimiliki saat ini.
Untuk itu, katanya, pemerintah perlu untuk mulai memikirkan insentif yang bisa diberikan terhadap pelaku tambang. "Maka bagaimana pun peran pemerintah untuk memberikan stimulus harus mulai dipikirkan apapun bentuknya," ujar Singgih.
Seperti diketahui, HBA dibentuk dari empat variabel, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Global Coal Newcastle Index (GCNC), dan Platss 5900 GAR dengan bobot masing-masing 25%.
HBA diperoleh dari rata-rata keempat indeks tersebut pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR.
Baca Juga: HBA April mulai merosot akibat corona, APBI: Demand batubara masih bagus hingga Mei
Dalam catatan Kontan.co.id, rata-rata HBA sepanjang 2019 anjlok dibanding tahun sebelumnya, dan menjadi yang terendah dalam dua tahun terakhir. Rata-rata HBA dari Januari-Desember 2019 hanya mencapai US$ 77,89 per ton, lebih mini dibanding rata-rata HBA 2017 yang sebesar US$ 85,92 per ton, dan HBA 2018 yang mencapai US$ 98,96 per ton.
Sementara itu, HBA tahun 2020 dibuka dengan penurunan 0,55% secara bulanan, yakni sebesar US$ 65,93 per ton untuk HBA Januari. Pada Februari, HBA naik tipis 1,45% menjadi US$ 66,89 per ton. HBA Maret juga mencatatkan kenaikan tipis menjadi US$ 67,08 per ton, namun turun lagi di bulan ini menjadi US$ 65,77 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News