kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45889,70   15,31   1.75%
  • EMAS1.360.000 0,74%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Gula Konsumsi di Beberapa Daerah Masih Cukup Tinggi


Jumat, 21 Juni 2024 / 19:14 WIB
Harga Gula Konsumsi di Beberapa Daerah Masih Cukup Tinggi
ILUSTRASI. Harga gula konsumsi nasional masih cukup tinggi,


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.Co.ID - JAKARTA. Harga gula konsumsi nasional masih cukup tinggi, meski musim giling tebu sudah dimulai pertengahan tahun ini. Kini, produsen gula mencoba meningkatkan produktivitas dan memperbaiki rantai pasok, sehingga harga gula menjadi lebih terjangkau.

Mengutip situs Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga rata-rata gula konsumsi secara nasional berada di level Rp 18.110 per kilogram (kg) pada Jumat (21/6). Dibandingkan pekan lalu, harga gula memang mengalami penurunan 0,39%. Namun, harga gula konsumsi terkini dianggap masih cukup tinggi di saat daya beli masyarakat belum cukup stabil.

Selain itu, harga gula konsumsi di beberapa daerah tertentu lebih mahal ketimbang harga rata-rata nasional. Misalnya, harga gula konsumsi di Jakarta mencapai Rp 18.630 per kg pada Jumat (21/6), atau 2,87% lebih tinggi dari harga rata-rata gula konsumsi nasional.

Beberapa provinsi lain, terutama di Indonesia bagian tengah dan timur, turut mencatatkan harga gula konsumsi yang tergolong tinggi hingga lebih dari Rp 20.000 per kg. Papua Pegunungan menjadi provinsi dengan harga gula konsumsi tertinggi di Indonesia yakni Rp 28.000 per kg.

Baca Juga: Menilik Dampak Isu Kesehatan Terhadap Kinerja Industri Minuman Ringan

Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi menyampaikan, saat ini harga gula untuk lelang produsen berada di level Rp 14.600 per kg. Dari situ, idealnya harga gula konsumsi di sebagian besar daerah Indonesia maksimal berada di kisaran Rp 17.000 per kg sampai Rp 17.500 per kg. Khusus kawasan remote atau terpencil, harga gulanya akan ditambah Rp 1.000 per kg.

Dia juga menyebut, musim giling tebu sebenarnya sudah dimulai dan pabrik-pabrik gula di sejumlah daerah juga mulai berproduksi. Masalahnya, proses distribusi gula yang telah diproduksi berjalan lambat dan tidak merata. Ini yang membuat harga gula konsumsi di beberapa daerah masih cukup tinggi, bahkan cenderung langka di pasar.

"Masalah distribusi ini cukup bergantung pada peran pedagang atau distributor," ujar Yadi, Kamis (20/6).

Selain itu, seretnya realisasi impor juga menjadi penyebab harga gula konsumsi di dalam negeri sulit turun. Dalam berita sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sudah menerbitkan izin impor gula sebanyak 529.550 ton setara gula kristal putih (GKP) hingga 27 Mei 2024. Namun, realisasi impor gula tersebut baru mencapai 380.240 ton GKP.

Menurut Yadi, belum maksimalnya realisasi impor disebabkan oleh harga gula dunia yang juga cukup tinggi. Ditambah lagi, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sedang melemah dalam beberapa waktu terakhir. "Biaya pengapalan juga cukup tinggi," imbuh dia.

Maka dari itu, AGI dan para anggotanya kini mencoba fokus memaksimalkan produksi guna memenuhi pasokan gula di dalam negeri. Beberapa upaya yang sudah dilakukan para produsen antara lain perluasan area tanaman tebu, intensifikasi agar produktivitas lahan tebu terus meningkat, dan mendongkrak kapasitas dan kinerja produksi pabrik gula.

Baca Juga: Inflasi Pangan di Depan Mata

Pihak AGI memproyeksikan produksi gula nasional berada di kisaran 2,15 juta ton pada 2024. Proyeksi ini bisa saja berubah akibat efek fenomena El Nino tahun 2023 lalu.

Di sisi lain, Ketua Umum DPN Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, harga rata-rata gula konsumsi nasional di kalangan pengecer saat ini sebenarnya masih wajar. Sebab, biaya pokok produksi gula di kalangan petani berada di kisaran Rp 14.900 per kg tahun ini.

"Harga gula harusnya minimal 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan harga beras," ujar dia, Jumat (21/6).

APTRI menyebut bahwa para petani tebu harus memperoleh keuntungan demi meningkatkan produktivitas dan kualitas tanamannya. Maka itu, APTRI berharap harga gula konsumsi tidak lantas ditekan signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×