kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga lelang rendah, petani memilih menimbun gula


Senin, 14 Agustus 2017 / 11:10 WIB
Harga lelang rendah, petani memilih menimbun gula


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Anjloknya harga gula membuat petani tebu enggan mengikuti lelang gula sejak akhir Juli 2017 lalu. Mereka menuding penurunan harga gula disebabkan karena penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg) oleh Kementerian Perdagangan.

Menurut Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen, harga lelang gula pada saat ini menyentuh Rp 9.200 per kg. Harga itu jauh di bawah biaya pokok produksi. Jika petani melepas gula dengan harga tersebut, maka tentunya mengalami kerugian. "HET di pasar hanya Rp 12.500, inilah yang menyebabkan harga lelang gula tidak bisa bergerak ke atas," tutur Soemitro kepada KONTAN, Minggu (13/8).

Soemitro lebih memilih menyalahkan pemerintah dibandingkan dengan menyalahkan pedagang yang menawar murah gula milik petani. Sebab menurutnya pedagang ini juga mengacu pada HET gula yang harus mereka jual serta memikirkan margin yang bisa dikantongi nantinya.

Karena petani enggan mengikuti lelang gula, efeknya menurut Sekretaris Jenderal APTRI M. Nur Khabsyin, saat ini gula para petani terpaksa ditimbun di gudang-gudang yang ada dan hingga kini sudah mencapai 250.000 ton.

Agar gula bisa tersalurkan, Nur bilang, petani sudah mencoba melakukan tender terbuka di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Cirebon. Namun upaya itu tidak berjalan karena penawaran harga yang diajukan masih rendah. "Kalau pun ada penawaran harganya di bawah Rp 9.000 per kg, lalu kami batalkan karena itu jauh di bawah biaya produksi. Petani kan rugi," ungkap Nur.

Soemitro menambahkan rendahnya harga lelang gula juga memaksa sejumlah petani gula di sejumlah daerah menjual langsung ke pasar. Namun upaya tersebut hanya berlangsung satu kali akibat ketidakmampuan pasar menyerap gula dalam jumlah besar. "Setelah Lebaran, petani langsung menjual ke pasar eceran dengan harga Rp 10.000 per kg. Tetapi, pedagang eceran juga tidak kuat menampung semua gula petani," ungkapnya.

Dia khawatir jika kondisi ini terus berlangsung, petani akan terus rugi. Selain masih masuk musim panen, kebun juga perlu perawatan supaya tetap menghasilkan. Karena lelang tidak jalan, petani tidak punya cukup modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×