kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Naik, Ini Kata Ekonom dan YLKI


Kamis, 03 Maret 2022 / 20:22 WIB
Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Naik, Ini Kata Ekonom dan YLKI
ILUSTRASI. Petugas SPBU Coco 4150201 Jalan Ahmad Yani Semarang melayani konsumen, Rabu (6/10). (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) umum atau non subsidi jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Kenaikan harga tersebut berlaku di seluruh Indonesia per 3 Maret 2022. 

Kenaikan tersebut dilakukan sebagai penyesuaian atas harga minyak mentah dunia yang melonjak dan bahkan sempat menembus US$ 100 per barrel. 

“Penyesuaian yang dilakukan ini mengikuti harga market global dan sesuai ketentuan Kementerian ESDM. Dan harga akan di-review rutin setiap dua minggu," ujar Corporate Secretary Subholding Commercial And Trading Pertamina, Irto Ginting (3/3) sebagaimana dikutip dari pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani menduga, kebijakan menaikkan harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex merupakan jalan tengah yang diambil oleh Pertamina di tengah harga minyak mentah yang menanjak. Dendi menerangkan, kenaikan harga minyak mentah dapat mendorong terjadinya kenaikan harga barang-barang jika ‘ditransmisikan’ ke BBM yang banyak digunakan oleh kelompok menengah ke bawah seperti Pertalite, Premium, dan Solar.

Sebaliknya, kebijakan kenaikan harga pada  Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex, menurut Dendi, tidak akan memberi dampak multiplier effect tersebut.

Baca Juga: Kata Pertamina Terkait Harga Pertamax dan Pertalite di Tengah Kenaikan Minyak Dunia

“(Multiplier effect akibat kenaikan Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex) harusnya enggak terjadi, itu (Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex) kan (penggunanya) segmented banget, orang yang pake BBM kualitas tinggi itu segmented, truk angkutan kan enggak pakai itu,  jadi efek ke kenaikan harganya tidak banyak,” terang Dendi saat dihubungi Kontan.co.id (3/3).

Dendi mengaku belum memiliki angka proyeksi tingkat inflasi pasca kenaikan harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Namun, Dendi menilai bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menekan risiko kenaikan inflasi.

Salah satu cara yang dapat ditempuh misalnya menjaga ongkos distribusi/logistik barang  dengan membuat jalur distribusi yang efisien dan mencegah terjadinya pungutan-pungutan liar dalam rantai distribusi. Langkah lainnya yang juga bisa dilakukan yakni menjaga agar pasar dapat berlangsung efisien dalam artian mencegah terjadinya praktik permainan harga.

“Hal seperti kenaikan harga minyak kan di luar kendali kita, di luar kontrol kita, kita enggak punya kuasa. Tapi, untuk mengendalikan inflasi itu kita harusnya melakukan hal-hal  lain yang di bawah kontrol kita,” tutur Dendi.

Baca Juga: Minyak Mentah Makin Mahal, Harga BBM di Sejumlah SPBU Maret 2022 Naik Lagi

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, menuturkan, secara normatif, kebijakan untuk menaikkan harga BBM non subsidi merupakan hak Pertamina. Kebijakan serupa juga sudah dilakukan lebih dulu oleh pemain-pemain SPBU asing.

Meski begitu, ia memberi catatan bahwa BBM yang digunakan secara massal, yakni Pertalite, sebaiknya dijaga agar harganya tidak naik. Tulus menyadari, tren penguatan harga minyak mentah juga bisa memberi beban subsidi yang berat bagi pemerintah.

Untuk itu, Tulus mengusulkan agar Premium dihapus 100% untuk meringankan beban subsidi pemerintah. Selain itu, harga Pertamax, Pertamax Turbo dan sejenisnya juga bisa saja dinaikkan, namun harga Pertalite tetap dijaga agar naik.

“Saya kira ini skema yg win win solution. Yang terpenting jenis BBM yang secara massal digunakan masyarakat tidak/belum dinaikkan,” ujar Tulus kepada Kontan.co.id (3/3).

Potensi migrasi ke BBM kualitas lebih rendah

Dendi menilai, potensi terjadinya peralihan penggunaan BBM pada pengguna  Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex ke BBM dengan kualitas yang lebih rendah seperti Pertalite bisa saja terjadi. Jikalau hal ini terjadi, beban kenaikan harga minyak mentah yang ‘ditanggung’ oleh pemerintah dan Pertamina bisa saja meningkat.

“Kalau harga enggak naik kan (beban) semuanya full ke Pertamina dan sebagian ke pemerintah dalam bentuk dana subsidi atau kompensasi. Sekarang (dengan adanya kenaikan Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex) dibebankan juga ke konsumen. Kalau konsumen beralih ke (BBM) yang lebih rendah ya berarti beban Pertamina dan pemerintah akan naik,” terang Dendi.

Tulus juga tidak menafikan, bukan tidak mungkin kenaikan harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex bisa mendorong terjadinya  ‘migrasi’ ke BBM dengan kualitas lebih rendah seperti Pertalite. Namun, Tulus berpendapat, pengguna yang menyayangi kendaraannya seharusnya tidak lantas beralih demi menjaga kinerja mesin kendaraannya.

“Mosok mobil mewah minumnya kelas Pertalite?” tutur Tulus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×