Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rencana pemerintah untuk kembali menurunkan harga premium dan solar, diapresiasi oleh pengamat energi dari Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto.
Menurut Pri Agung, itu menandakan pemerintah konsisten terhadap keputusannya untuk menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan pergerakan harga minyak dunia.
“Mengikuti pergerakan harga pasar tidak bisa disamakan dengan melepaskannya ke mekanisme pasar. (Sebab) Kewenangan masih ada di pemerintah dan (penetapan harga) itu masih dilakukan oleh pemerintah (Menteri ESDM),” kata Pri Agung kepada Kompas.com, Kamis (8/1) sore.
Dia menyatakan bahwa pemerintah bisa menurunkan ketika rata-rata harga minyak bulan lalu lebih rendah dibanding sebulan sebelumnya. “Dan itu kisarannya (menurut saya) tidak lebih dari Rp 500 per liter. Begitu juga kalau ada kenaikan, tidak akan lebih dari Rp 500 per liter,” ucap Pri Agung.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, kalaupun terjadi penurunan harga premium maupun solar, dia memperkirakan besarannya tidak terlalu tinggi.
Meski harga minyak dunia turun hingga di bawah US$ 50 per barel, nilai tukar rupiah masih lemah di level Rp 12.700 per dollar AS. “Dari bulan ke bulan memang harga minyak turun. Bahkan Januari tahun lalu dibanding tahun ini, signifikan. Tapi nilai tukar kita masih tinggi, sehingga turunnya (harga premium dan solar) tidak akan banyak,” kata Komaidi dihubungiKompas.com, Kamis siang.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan pemerintah berencana untuk kembali menurunkan harga premium dan solar. Ini dilakukan merespon penurunan harga minyak dunia.
“Akan turunkan, kita akan turunkan lagi harga BBM, tetapi tunggu akhir bulan,” kata Sofyan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (7/1). (EstuSuryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News