kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Sewa Kapal CPO Naik, Pengusaha Minta Relaksasi Beban PE dan BK


Selasa, 12 Juli 2022 / 13:32 WIB
Harga Sewa Kapal CPO Naik, Pengusaha Minta Relaksasi Beban PE dan BK
ILUSTRASI. Sebuah unit sistem ban berjalan bersiap dioperasikan untuk memuat bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal) ke dalam palka sebuah kapal kargo di Pelabuhan PT Pelindo I Dumai di Kota Dumai, Riau, Senin (6/1/2020). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/aww.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paska dibuka kembali larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO), pengusaha mengatakan kesulitan ekspor lantaran sulitnya mencari kapal pengangkut CPO.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, mengungkapkan kesulitan menemukan kapal pengangkut CPO karena kapal yang biasa di sewa beralih mengangkut crude oil dari Rusia. Kata dia hal ini juga menjadikan sewa kapal CPO menjadi mahal.

“Sekarang freight ke Rotterdam sudah naik dari US$75 per metrik ton (MT) menjadi US$150 per MT. Otomatis beban semakin bertambah,” tutur Eddy pada Kontan.co.id, Selasa (12/7).

Oleh karena hal ini, pihaknya meminta kepada pemerintah agar ada relaksasi beban Pungutan Ekspor (PE) dan Bea Keluar untuk ekspor CPO.

Baca Juga: Pungutan Ekspor CPO Dinilai Memberatkan, DPR: Pabrik dan Petani Bisa Bangkut

“Sekarang posisi pengusaha sangat sulit, karena jika tidak ekspor pengusaha akan kehilangan pasar dan tangki kita akan penuh, jika begini Tandan Buah Segar (TBS) Sawit tidak bisa dibeli,” tuturnya.

Lebih lanjut Eddy mengatakan, bahwa realisasi ekspor CPO sejak dibukanya keran ekspor 23 Mei 2022 lalu, baru terealisasi 2,1 ton hingga awal Juli ini. Sebelumnya, ekspor CPO normalnya 2,5 -3 juta ton per bulan.

Sementara Eddy mengaku sudah mengkoordinasikan persoalan ini dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Dan saat ini kata dia, usulannya sedang dibicarakan dengan Kementerian Keuangan.

Meski pemerintah telah mendorong percepatan ekspor dengan berbagai cara, tapi masalah muncul dari sisi logistik. Bahkan, pemerintah, jelas Eddy, telah menambah rasio ekspor domestic market obligation (DMO) yang sebelumnya 1:5 menjadi 1:7.

Eddy berharap akan ada solusi dari masalah logistik ini, agar dapat kembali melakukan percepatan ekspor. Pasalnya kata dia, jika hal ini terus berlanjut, pengusaha tidak dapat menampung lagi TBS dari petani sawit, dan dampak terparah akan menurunkan harga TBS sawit.

Baca Juga: Pengusaha Kesulitan Cari Kapal Pengangkut Ekspor CPO, Ini Penyebabnya

“Harga TBS belum normal karena ekspor belum berjalan lancar dan harga minyak nabati dunia termasuk CPO. Ini yg menyebabkan harga TBS hari ini turun,” jelas Eddy.

Seperti diketahui, pemerintah kembali memperbolehkan pengusaha melakukan ekspor CPO setelah sebelumnya dilarang.

Pengusaha pun diwajibkan untuk mengantongi izin ekspor dan wajib melaksanakan kewajiban DMO dan DPO sebelum melakukan ekspor CPO. Cara ini ditempuh pemerintah untuk membanjiri kebutuhan minyak goreng dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×