kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga sewa perkantoran di Jakarta turun karena pasokan melebihi permintaan


Kamis, 21 Januari 2021 / 21:30 WIB
Harga sewa perkantoran di Jakarta turun karena pasokan melebihi permintaan
ILUSTRASI. Pasar sewa perkantoran sedang mengalami kelesuan.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar sewa perkantoran sedang mengalami kelesuan. Pemulihan permintaan ruang perkantoran membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Selain karena faktor external seperti pandemi covid-19 dan ekonomi yang belum pulih ditambah faktor internal sektor ini sendiri di mana masih ada ketidakseimbangan antara pasokan yang masuk dengan daya serap pasar. Mungkin tahun depan kita bisa melihat keseimbangan tersebut," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto kepada kontan.co.id, Kamis (21/1).

Ia menjelaskan, akibat terdampak pandemi yang menyebabkan lesunya pasar perkantonya, banyak perusahaan yang memperketat dan mengalokasikan pengeluarannya untuk hal-hal yang sifatnya prioritas.

Mereka kemudian menunda ekspansi pembukaan kantor baru. Bahkan, ada beberapa perusahaan yang merampingkan sebagian operasionalnya dengan memperkecil ruang kantor yang disewa.

Baca Juga: Bisnis sektor perkantoran Ciputra Development (CTRA) tertekan

Ferry sempet melihat iklan gedung-gedung perkantoran yang ditawarkan dengan harga rendah atau melakukan aksi banting harga dengan nominal puluhan ribu rupiah per meter persegi, dilengkapi furnitur, dan siap pakai.

"Itu harga sewanya memang murah banget sih, tapi pas saya lihat itu semua sebenernya gedung office strata title alias gedung yang dijual per unit. Jadi kemungkinan yang ditawarkan di iklan tersebut adalah unit-unit yang sudah dimiliki oleh pembeli individu/perusahaan, bukan gedung ataupun unit yang dimiliki pengembang," jelas Ferry.

Menurutnya, salah satu penyebab harga sewa perkantoran murah karena pasokannya melebihi permintaan atau oversupply.

Ia menyebut, para pemilik individu ini sekarang sedang pusing karena pasar sewa lesu, tapi beban mereka tambah berat karena tetap ada kewajiban untuk bayar service charge (SC) bulanan yang nilainya cukup besar.

"Jadi perkiraan saya itu karena mereka pusing bayar beban SC sementara properti nya tidak menghasilkan income, makanya daripada mereka kosong dan mesti bayar SC mendingan ditawarkan dengan sewa yang murah jadi tidak harus mengeluarkan biaya untuk bayar SC ke pengelola gedung, makanya kalau ada yang nawar mereka akan kasih karena SC nya kan ditanggung penyewa," kata Ferry.

Baca Juga: Hadapi tekanan penyewaan ruang kantor, begini strategi Intiland (DILD) ke depan

Ferry menyebut, masih ada kebutuhan untuk perkantoran tapi pasokan yang masuk lebih banyak karena sudah terlanjur terbangun. Work from home (WFH) juga disebut, menjadi faktor yang menekan kebutuhan ruang kantor karena banyak yang melakukan downsizing (pengurangan) ruang kantor.

"Kalau menurut kami, ada potensi jumlah penyerapan ruang lebih tinggi tahun 2021 dibanding tahun 2020, namun itu tidak tercermin di kinerja occupancy yang diprediksi menurun tahun  2021 karena belum ada laju serapan ruang dengan laju penambahan pasok kalah cepat," ujarnya.

Ia menjelaskan strategi yang harus dilakukan para pengembang apabila okupansinya masih rendah, berbaik-baik lah dengan calon penyewa dengan lebih akomodatif menampung keinginan mereka, dengan diskon dan lain-lain. Sementara kalau level okupansinya sudah di angka aman (bisa menutupi biaya operasional), pengembang bisa leluasa untuk menahan harga sewa agar tidak terlalu jatuh.

Berdasarkan data Colliers, sektor perkantoran akan lebih baik di tahun 2021 dari sisi penyerapan, namun ini belum tercermin di tingkat hunian yang masih rendah karena belum ada keseimbangan antara suplai dan permintaan.

Di kawasan central business district (CBD) Jakarta, rata-rata harga sewa terus turun 7% secara tahunan dari 2019, menjadi sebesar Rp 257.532 per meter persegi per bulan. Sebelumnya pada 2019, harga sewa turun sekitar 3% dibanding periode yang sama tahun 2018. Kendati demikian, tarif sewa beberapa bangunan telah disesuaikan untuk menjaga tingkat hunian.

Selain itu, gedung perkantoran yang baru beroperasi juga menyumbang nilai sewa menjadi Rp 190.047 per meter persegi per bulan, alias mengalami koreksi 2,5% secara tahunan.

Dengan tingkat permintaan yang moderat, sangat mungkin pemilik gedung perkantoran akan memberikan harga yang sangat bersaing pada transaksi sewa guna menarik atau mempertahankan penyewa, terutama bagi penyewa jangkar. Mengingat permintaan yang tidak merata dan beberapa proyek yang hampir selesai, harga sewa mungkin terus mengalami tekanan turun pada tahun 2021.

Selanjutnya: Permintaan gedung perkantoran Metropolitan Kentjana (MKPI) masih lesu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×