Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Mulai hari ini (2/3), PT Jasa Marga Tbk mengalihkan operasional gerbang tol Pondok Gede Timur (PGT) ke gerbang tol Cikarang Utama.
Sebab, kapasitas gerbang tol PGT yang hanya mengoperasikan 25 gardu tak lagi mencukupi alias overload dibanding trafik kendaraan yang lewat, sehingga menimbulkan kepadatan yang parah. Seharusnya, gardu di gerbang tol PGT yang beroperasi sebanyak 30 unit.
Gerbang tol Cikarang Utama ini memiliki sistem transaksi terbuka. Artinya, pengendara hanya membayar satu kali di akses-akses keluar tol yang dituju.
Nah, konsekuensi dari sistem ini, tarif yang ditetapkan hanya berlaku satu harga yakni sebesar Rp 3.500. "Harganya merupakan rata-rata dari jarak yang ada," kata Okke Marlina Sekretaris Perusahaan Jasa Marga kepada KONTAN, hari ini (2/3).
Sementara itu, di gerbang tol terdahulu yakni gerbang tol PGT menggunakan sistem tertutup. Sehingga, harga masuk tol beragam sesuai dengan jarak yang ditempuh.
Misalnya, tarif tol PGT-Cikunir sebesar Rp 1.500, PGT-Bekasi Rp 3.000, PGT-Cibitung Rp 5.000 dan PGT-Cikarang Rp 6.000. Selain itu, Cikunir-Bekasi Rp 1.000 dan Bekasi Barat-Bekasi Timur Rp 1.000. "Sehingga terkesan harga tol naik, tapi harga baru ini merupakan konsekuensi dari sistem terbuka," katanya.
Ia bilang, penentuan tarif tol sebesar itu bakal lebih menguntungkan bagi rute jarak jauh. "Jika di dalam kota akan terasa lebih mahal. Sebagai solusinya untuk di dalam kota hindari gunakan tol," katanya.
Setelah pengalihan operasional ke gerbang tol Cikarang Utama ini, gerbang tol Pondok Gede Timur akan dibongkar. Tol di Padalarang Barat juga akan dibongkar karena sudah tidak berguna lagi setelah gerbang tol Cikarang Utama beroperasi. "Trafik kendaraan di gerbang tol Cikarang Utama ini ditargetkan sekitar 150.000 kendaraan per hari," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News