Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan amanat investasi sekitar Rp 350 triliun dalam 2024-2029, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengaku tak mudah mencapai target tersebut di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Rizki Handayan menyebut, target investasi di sektor wisata dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (Kemeninveshil/BKPM) tersebut rencananya bakal direalisasikan dengan investasi Rp 70 triliun per tahun hingga 2029.
Dari total target investasi tersebut, Rizki bilang lebih dari 50% diarahkan ke 10 destinasi pariwisata prioritas (DPP). Namun, realisasinya menghadapi tantangan, terutama dalam menentukan proyek-proyek yang layak dan menarik bagi investor.
"Kita harus tahu supply-nya apa, arah investasinya kemana. Ini tidak mudah,” katanya dalam forum Indonesia Tourism Outlook 2026 di Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Baca Juga: Petani Tembakau Terpuruk, APTI Sebut Harga Anjlok hingga 40%
Saat ini, strategi Kemenparekraf adalah dengan menurunkan pengembangan ke tiga sektor unggulan, yakni marine tourism, gastro tourism, dan wellness tourism. Ketiganya dinilai memiliki potensi besar mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus memperkuat daya saing pariwisata Indonesia.
Rizki menjelaskan, marine tourism akan dikembangkan bukan untuk meningkatkan jumlah wisatawan semata, tetapi untuk memperkuat ekonomi lokal di kawasan pesisir. Sementara gastro tourism dan wellness tourism bakal menjadi sektor yang lebih inklusif karena melibatkan rantai pasok dari tingkat masyarakat, mulai dari sektor pertanian hingga industri kuliner dan kesehatan tradisional.
“Gastro tourism tidak bisa dikembangkan tanpa investasi di hulu, yakni pertanian lokal yang menopang produk-produk khas daerah,” jelasnya.
Untuk mendukung target tersebut, Rizki menjelaskan bahwa Kemenparekraf juga memperkuat dua instrumen utama di bawah kedeputiannya, yakni manajemen investasi yang berfokus mencari proyek potensial dan mempertemukan dengan investor, baik domestik maupun luar negeri, serta akses pasar dan pengembangan usaha, yang ditujukan untuk membantu pembiayaan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang mensuplai kebutuhan industri hotel, restoran, hingga agen perjalanan.
Masalahnya, ia mengakui minat investor masih selektif. Banyak calon investor menanyakan prospek pengembalian modal (return on investment/ROI), terutama di wilayah dengan akses terbatas.
"Mencari investor, baik dalam negeri maupun di luar negeri, yang mau menaruhkan uangnya di sini, adalah salah satu yang paling sulit, dengan situasi ekonomi sekarang," sebut Rizki.
Maka, salah satu langkah yang didorong Kemenparekraf adalah mempermudah akses pariwisata untuk menambah daya tarik, seperti yang dilakukan di Belitung dengan membuka jalur penerbangan internasional.
Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan Indonesia Quality Tourism Fund (IQTF) sebagai skema pembiayaan alternatif untuk destinasi dan pelaku usaha pariwisata. Dana ini diharapkan mulai bergulir tahun depan setelah melalui proses harmonisasi antar kementerian.
“Dengan dukungan pembiayaan dari berbagai sumber, termasuk APBN, filantropi, dan dana hijau, kami ingin memastikan investasi di sektor pariwisata tidak hanya besar secara angka, tetapi juga berdampak nyata,” ujar Rizki.
Baca Juga: Menteri ESDM Turunkan Tim Telusuri Gangguan Kendaraan di Jatim Usai Gunakan Pertalite
Selanjutnya: Ultrajaya (ULTJ) Catat Kenaikan Laba 9,04% pada Kuartal III-2025, Simak Prospeknya
Menarik Dibaca: 5 Makanan yang Tidak Boleh Dikonsumsi Bersama Kacang Almond
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













