Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Dengan kenaikan harga enceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi rata-rata 33,4%, petani kelapa sawit berskala kecil bakal tidak memiliki pembiayaan untuk mengatasi mahalnya harga pupuk. Sementara harga panen mereka berupa Tandan Buah Segar (TBS) tidak memiliki harga patokan yang ditetapkan pemerintah layaknya gabah dan padi.
“Bagaimana jika harga sawit turun? Tentu petani akan kewalahan untuk melakukan pemupukan,” kata Sekretaris Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad kepada KONTAN, Jumat (9/4).
Jika harga jual TBS tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan petani akibat tingginya harga pupuk maka dampaknya diperkirakan petani bisa mengurangi intensitas pemupukannya untuk mengurangi biaya produksi.
“Jika pemupukan dikurangi maka produktifitas panen bisa turun,” jelas Asmar. Penurunan produksi akibat berkuranganya pemupukan akan terasa setahun kemudian.
Jika terjadi kekurangan pemupukan, Asmar memprediksi produktifitas kelapa sawit yang bisa menghasilkan 3 ton perbulan berpotensi berkurang hanya menjadi 1-2 ton saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News