kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.310   12,00   0,07%
  • IDX 7.156   38,26   0,54%
  • KOMPAS100 1.043   8,35   0,81%
  • LQ45 800   4,89   0,62%
  • ISSI 232   2,05   0,89%
  • IDX30 415   0,46   0,11%
  • IDXHIDIV20 485   0,27   0,06%
  • IDX80 117   0,78   0,67%
  • IDXV30 119   -0,05   -0,04%
  • IDXQ30 133   0,10   0,08%

Hilirisasi Besi-Baja Justru Dorong Indonesia Impor Batubara Kokas Lebih Banyak


Selasa, 17 Juni 2025 / 19:31 WIB
Hilirisasi Besi-Baja Justru Dorong Indonesia Impor Batubara Kokas Lebih Banyak
ILUSTRASI. Terminal batubara PT RMK Energy Tbk (RMKE).


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hilirisasi besi-baja di dalam negeri, ternyata membawa Indonesia untuk mengimpor lebih banyak batubara kokas. 

Untuk diketahui, batubara kokas atau batubara coking (coking coal), sebagian orang juga menyebutnya sebagai batubara metalurgi, adalah jenis batubara yang digunakan dalam proses peleburan bijih besi di tanur tinggi (blast furnace) untuk menghasilkan besi kasar, yang merupakan bahan dasar pembuatan baja (ini berbeda dengan baja nirkarat atau stainless steel dari hasil hilirisasi smelter nikel). 

Meningkatnya smelter dengan hasil akhir baja, membuat kebutuhan batubara kokas sebagai sumber energi peleburan juga ikut meningkat. 

Sebagai tambahan, melansir data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) smelter besi baja, adalah jenis pemurnian terbanyak kedua di Indonesia setelah smelter nikel. 

Dengan kapasitas produksi mencapai 1,6 juta ton per tahun, nilai investasi sebesar Rp15,9 triliun dan tenaga kerja mencapai 2.729 orang.

Sayangnya, batubara yang menjadi kebutuhan smelter baja, yaitu dalam kategori Gross Air Received (GAR) tinggi dengan GAR berada di kisaran 5.800-7.500 kcal/kg GAR ini tidak memiliki cadangan yang banyak di dalam negeri. 

Baca Juga: Jalan Hilirisasi Menuju Ketahanan Industri Baja Nasional

Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Hariyanto mengatakan bahwa cadangan batubara kokas atau cooking coal Indonesia mencapai 0,49 miliar ton dan untuk produksi batubara jenis ini di 2022 adalah sebesar 6,49 juta ton. 

Angka ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan total cadangan batubara Indonesia dari berbagai GAR dengan jumlah 31,71 miliar ton. 

"Berdasarkan data Badan Geologi ESDM, cadangan sekitar 0,4 miliar ton, atau sekitar 400 juta-an ton, sumbernya yang bisa diproduksi kalori tinggi, jenisnya semi soft coking coal," ungkap Hariyanto dalam acara media brefing CERAH dan ESI di Jakarta, Selasa (17/06). 

Ia juga menjelaskan bahwa kebutuhan smelter untuk batubara jenis ini sangat spesifik. Di atas, ia menyebut jenis coking coal Indonesia spesifiknya adalah soft coking coal, sementara beberapa smelter nikel bisa saja membutuhkan batubara kokas jenis hard coking atau semi soft coking coal.

Meski begitu, dia mengamini bahwa peningkatan pembangunan smelter nikel di Indonesia menyebabkan kenaikan impor batubara kokas. 

"Iya (meningkat impor). Karena belum tentu kebutuhan kokas itu bisa dipenuhi oleh kokas yang diproduksi di kita, perlu upgrade kan, perlu dilihat lagi," jelasnya.

Asal tahu saja, sebelumnya, dalam laporan Reuters, Senin (17/06) China telah melakukan impor batubara kokas mereka ke Indonesia, sedikitnya tiga kargo batubara kokas ke smelter baja di Sulawesi, pada bulan Mei 2025 lalu. 

Baca Juga: Harga Batubara dan Mineral Acuan Periode Kedua Juni 2025: Kalori Tinggi & Nikel Turun

Pengiriman ini tergolong langka karena pasar batubara kokas di Indonesia tidak didominasi dari China. 

Belum lagi, China tercatat sebagai importir batubara kokas terbesar di dunia, dan negara ini bukanlah pengekspor utama bahan bakar pembuatan baja tersebut.

Namun ternyata, mereka telah mengekspor batubara kokas ke Indonesia sebanyak tiga kali sejak awal tahun 2024, demikian data bea cukai bulanan China. 

Konsultan independen Lawrence Yan mengatakan, langkah-langkah itu dirancang untuk menguji kelayakan ekonomi pasokan China dan menunjukkan kepada penjual batubara kokas lainnya, seperti Australia, bahwa pabrik-pabrik Indonesia memiliki pilihan penjual lain.

Di sisi lain, rumah dagang Tiongkok Winsway menyebut dalam jangka panjang, karena ditekan oleh keadaan industri baja China yang sedang melambat, batubara coking berpotensi dibebaskan menjadi produk eskpor reguler dari negara tirai bambu tersebut. 

Baca Juga: Langka! China Mengekspor Batubara Kokas ke Indonesia

Selanjutnya: IHSG Naik Setelah Merah 4 Hari Beruntun, Net Buy Asing Rp 259 Miliar pada Hari Ini

Menarik Dibaca: Ada Diskon Tiket Kereta 30%, 952.639 Tiket Sudah Terjual

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×