Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 resmi dibuka dan menjadi ajang penting bagi para pemangku kepentingan untuk membahas tantangan dan strategi penguatan industri baja nasional di tengah arus hilirisasi dan ekspansi investasi.
Dalam sesi diskusi utama yang dimoderatori Ketua Umum Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) Akbar Djohan dan Dedy Gumelar, sejumlah tokoh dari kementerian hingga BUMN strategis hadir sebagai pembicara. Di antaranya Dedi Latip, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, serta Eko S.A. Cahyono, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian RI. Perwakilan dari PT PAL Indonesia (Persero) dan PT Pindad (Persero) turut berbagi praktik terbaik dalam pemanfaatan baja dalam industri pertahanan.
Baca Juga: Menakar Kepentingan Industri Baja Nasional dalam Akuisisi U.S. Steel
Dedi Latip menegaskan bahwa hilirisasi logam dan mineral merupakan prioritas nasional. "Industri baja adalah sektor unggulan dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya melalui keterangan resmi Kamis (29/5).
BKPM mencatat, realisasi investasi di sektor logam dasar melonjak dari Rp61,6 triliun pada 2019 menjadi Rp200,3 triliun pada 2023.
Proyeksi kebutuhan baja nasional bahkan diperkirakan mencapai 100 juta ton pada 2045.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan penguatan SDM, insentif fiskal, dan strategi menghadapi tekanan global.
Baca Juga: Dari Cilegon ke Hanoi, Strategi Krakatau Steel (KRAS) Menjadi Pemain Regional
Industri Baja Hadapi Empat Isu Kunci
Eko S.A. Cahyono menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian terus mendorong transformasi industri baja menuju industri hijau dan berkelanjutan. Ia menyoroti empat isu utama:
Dekarbonisasi, melalui peta jalan Net Zero Emission 2050 dan transisi dari metode produksi konvensional; Efisiensi energi, lewat audit industri dan integrasi proses produksi; Ekonomi sirkular, termasuk pemanfaatan slag baja sebagai bahan baku industri lain; Kelebihan kapasitas produksi, akibat banjir impor global, yang diatasi melalui optimalisasi serapan baja dalam proyek nasional.
Dukungan Industri Pertahanan
Dari sisi hilirisasi praktis, PT PAL dan PT Pindad menekankan pentingnya keberpihakan kebijakan pada produk baja dalam negeri untuk mendukung efisiensi dan keberlanjutan dalam pembangunan alat utama sistem pertahanan negara (alutsista), seperti kapal perang dan kendaraan tempur.
Baca Juga: Menko Airlangga Dorong Kontribusi Krakatau Steel Perkuat Industri Baja ASEAN
Akbar Djohan yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menegaskan bahwa industri baja nasional harus memperkuat posisinya di kawasan regional melalui kolaborasi berkelanjutan. Ia menilai ISSEI 2025 menjadi momentum strategis, tidak hanya untuk mempertemukan pelaku industri dalam negeri, tetapi juga untuk membangun jejaring regional bersama asosiasi negara-negara ASEAN, termasuk South East Asia Iron & Steel Institute (SEAISI).
"Rantai pasok regional harus menjadi pilar baru dalam membangun kekuatan kolektif industri baja ASEAN," ujar Akbar.
ISSEI 2025 berlangsung hingga 23 Mei di Hall A-B, Jakarta International Convention Center (JICC). Kegiatan ini menghadirkan lebih dari 150 merek nasional dan multinasional, serta diperkirakan menarik lebih dari 10.000 pengunjung selama tiga hari penyelenggaraan.
Selain pameran, acara juga diisi oleh berbagai sesi diskusi dan pertemuan bisnis untuk mendorong sinergi antar pelaku industri baja nasional dan internasional.
Selanjutnya: Jerman Panik! Cadangan Emas di New York Terancam, Benarkah Tak Aman?
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 31 Mei-1 Juni, Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News