kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Hingga Agustus sudah 30.000 ha sawah gagal panen


Rabu, 26 Agustus 2015 / 11:24 WIB
Hingga Agustus sudah 30.000 ha sawah gagal panen


Reporter: Fahriyadi, Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Musim kemarau panjang atau El Nino ternyata lebih parah dari perkiraan sebelumnya. Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat, sejauh ini, dampak El Nino membuat sawah petani seluas 30.000 hektare (ha) gagal panen akibat kekeringan. Sebelumnya, pemerintah memperkirakan gagal panen akibat kekeringan bisa ditekan hingga di bawah 25.000 ha.

Ironisnya, sebagian besar lahan gagal panen ini berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang selama ini merupakan lumbung padi nasional. Situasi makin serius karena di depan mata sudah terbentang lahan seluas 260.000 ha yang  juga terancam gagal panen jika pemerintah gagal mengatasinya.

Kemtan mencoba jurus baru untuk meminimalisir dampak kekeringan ini dengan membuat hujan buatan di sentra pertanian Jawa Barat dan Jawa Tengah dalam waktu dekat.

Kemtan menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan TNI Angkatan Udara melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian mengatakan, ada sekitar 15% dari total 14 juta ha lahan yang masih harus diperjuangkan pada musim kemarau September-Oktober 2015. Sementara itu, sekitar 80% lahan padi sudah panen sampai pertengahan Agusuts ini dan telah masuk gudang. "Segala daya dan upaya sudah dilakukan untuk mencegah kekeringan tahun ini," terang Amran, Selasa (25/8) kemarin.

F. Heru Widodo, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan BPPT mengaku tengah mengupayakan menurunkan hujan di daerah-daerah yang terancam kekeringan. Namun, pada saat musim kemarau seperti saat ini, awan  jenis Cumulus (Cu) yang aktif sangat sedikit sehingga hasilnya bisa saja tak maksimal.

Sebelumnya, Kemtan sudah melakukan berbagai langkah antisipasi menghadapi El Nino kuat pada tahun ini, seperti membagikan pompa air di daerah yang ada sumber airnya, seperti di daerah Sungai Bengawan Solo dan di daerah kali Cimanuk, Indramayu.

Selain itu, Kemtan juga membangun 1.000 embung dan 1.000 sumur dangkal yang di Kabupaten Timor Tengah Selatan,  Nusa Tenggara Timur (NTT), serta membangun 1,3 juta irigasi tersier di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data Kemtan, pada Juli lalu, lahan yang mengalami gagal panen pada Juli baru mencapai 19.000 ha, namun memasuki pertengahan Agustus meningkat menjadi 30.000 ha sehingga menimbulkan kekhawatiran jika El Nino semakin kuat.

Di atas khatulistiwa

Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan tak menampik jika El Nino ini bisa mengganggu pasokan beras nasional terutama pada akhir tahun ini.

Meski begitu, dia menyarankan pemerintah agar mengoptimalkan lahan sawah yang berada di Sumatra dan Kalimantan bagian Utara atau wilayah yang berada di atas garis khatulistiwa yang saat ini sudah memasuki musim hujan. "Produksi beras dari Aceh, Sumatra Utara dan Kalimantan Barat harus dioptimalkan karena lahan sawah di sana berproduksi dengan baik sejauh ini," tuturnya.

Winarno memprediksi, pasokan beras pada awal tahun bakal kritis jika pemerintah tak bisa mengatasi masalah ini. Pasalnya, hujan diprediksi akan turun pada November dan musim tanam Oktober hanya bisa dilakukan pada 1 juta ha sawah yang memiliki jaminan air dari bendungan. Alhasil, produksi padi awal tahun depan bakal minim. "Pemerintah hanya bisa berharap Bulog bisa amankan stok beras hingga awal tahun depan," ujarnya.                       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×