Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Lahan sawah yang mengalami puso pada musim hujan mulai Oktober 2014 lalu sampai Maret 2015 mencapai 40.627 hektare (ha) di seluruh Indonesia. Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat, puso tersebut disebabkan tiga faktor utama yakni banjir, serangan organisme penganggu tanaman (OPT), dan kekeringan.
Berdasarkan laporan dari Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi seluruh Indonesia yang diterima Kemtan, tercatat pada musim hujan 2014/2015, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir, dan kekeringan seluas 40.627 ha atau 0,50% dar luas tanam 8.186.545 ha.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kemtan Dwi Iswari mengatakan, luas puso terbesar pada periode ini disebabkan karena banjir seluas 34.222 ha yang kondisi terparahnya terjadi di daerah Aceh, Jatim, dan Banten.
Kemudian puso yang disebabkan kekeringan seluas 5.929 ha yang terjadi di daerah Sulteng, Sulsel dan Jateng. Ada pun puso karena OPT seluas 476 ha atau 0,01% dari luas tanam 8.186.545 ha. "Kondisi terparahnya terjadi di daerah Jateng, Sulteng dan Banten dan pusonya terjadi di bulan Februari," ujar Dwi, Kamis (21/8).
Sementara itu, luas lahan padi yang mengalami puso selama bulan April-Juli 2015 mencapai seluas 19.724 ha. Puso ini disebabkan akibat kekeringan, banjir dan OPT. Kekeringan menyumbangkan puso tertinggi yakni seluas 10.696 ha, khususnya di Provinsi Jateng, Jatim dan Jabar yang puncaknya berlansung pada bulan Juni
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, Kemtan memiliki program Upaya Khusus (Upsus) untuk menyelamatkan 100.000 ha sawah yang risiko mengalmai kekeringan.
Ia mengatakan Kemtan telah mengurangi lahan dari kekeringan dengan pembangian pompa air sejak Januari 2015, membangun embung, dan irigasi tersier. Menurutnya pada tahun 2014, lahan yang mengalami kekeringan seluas 250.000 ha dan tahun ini diminimalisir seluas 111.000 ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News