Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Edy Can
JAKARTA. Impor bahan baku gula mentah (raw sugar) tahun ini berkurang. Bila rencana impor sebelumnya sebesar 2,55 juta ton maka sekarang jumlah menjadi 2,1 juta ton.
Pengurangan volume impor bahan baku gula ini terkait hasil audit penyaluran gula rafinasi. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menerangkan, pengurangan jatah impor bahan baku gula ini sebagai sanksi kepada pelaku yang merembeskan gula rafinasi. "Kami koreksi jumlah impornya. Kami tegakan peraturan dengan memberikan sanksi," katanya usai rapat gula, Kamis (5/1).
Rapat tersebut juga sepakat mengawasi distribusi gula. Ini untuk memastikan pasokan gula tercukupi bagi industri makanan dan minuman.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga akan mencermati pemenuhan gula di daerah yang masih minim bahkan tidak mampu produksi sendiri. Hingga saat ini, hanya tiga daerah yang memiliki pasokan gula berlimpah yakni Jawa Timur, Lampung dan Gorontalo. Sementara daerah lain seperti Papua, Maluku dan Sulawesi masih kekurangan pasokan.
Dalam rapat tersebut, Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) juga sepakat mengenai serapan stok gula. Jika masih kurang, pemerintah akan kembali membuka kran impor untuk menutupi kebutuhan industri makanan, minuman dan farmasi.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen lega dengan angka pengurangan bahan baku impor tersebut. Dia mengatakan anggota APTRI akan mengatur distribusi gula untuk memenuhi kebutuhan gula di daerah yang minim dan tidak menghasilkan gula. "Kami sedang mengatur tentang itu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News