Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JaKARTA. Pelaku industri seng aluminium semakin khawatir dengan gencarnya serbuan seng aluminium impor. Jika pemerintah tak ambil langkah membatasi impor, pebisnis memproyeksi, seng aluminium impor akan kembali mendominasi pasar Indonesia, seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Asosiasi industri seng aluminium atau Indonesia Zinc Aluminium Steel Industries (IZASI) mencatat, impor seng aluminium tahun lalu mencapai 64,21% dari total 500.000 ton kebutuhan seng alumunium nasional, atau setara dengan 321.065 ton seng alumunium. Sementara seng domestik cuma menyumbang 178.935 ton. Negara pemasoknya berasal dari Vietnam dan Taiwan.
Lucia Karina, Sekretaris Jenderal IZASI, bilang, Vietnam dan Taiwan menggempur pasar seng aluminium Tanah Air lantaran mereka sudah tak memiliki pasar di negaranya sendiri. "Di satu sisi, orang Indonesia senang barang impor karena harganya lebih murah, walaupun kualitasnya tidak memenuhi standar," terang Karina, pada pekan lalu.
Terlepas dari perbedaan kualitas yang berdampak pada perbedaan harga, Lucia mengklaim pelaku industri dalam negeri sebenarnya masih mampu mencukupi semua kebutuhan seng aluminiumĀ di dalam negeri. Dia menghitung, total kapasitas produksi seng aluminium nasional sampai 560.000 ton per tahun.
Hanya, tingkat kapasitas produksi seng aluminium oleh produsen di dalam negeri baru sekitar 30%-40%. Kondisi ini terjadi lantaran para pelaku industri melihat pasar tidak akan mampu menyerap akibat kebanjiran produk impor yang lebih murah harganya.
Di sisi lain, para pelaku industri seng aluminium lokal tak bisa menjajakan produk mereka ke pasar luar negeri. "Boro-boro mau ekspor, di dalam negeri saja susah," kata Karina.
Pesimistis tumbuh
Jika serbuan seng aluminium impor tak segera dihentikan, pelaku industri khawatir potret pasar tahun lalu kembali berulang tahun ini. Tahun ini, asosiasi menargetkan kebutuhan seng aluminium nasional berpotensi tumbuh 7% atau menjadi 535.000 ton.
Sejatinya, pengusaha seng aluminium sudah mengadukan kondisi ini kepada pemerintah sejak dua tahun lalu. Tapi tetap saja perhatian pemerintah nihil. "Sudah kami ajukan sejak Desember 2012," sesal Karina.
Karina yang juga Country Vice President Corporate and External Affairs PT BlueScope Steel Indonesia mengaku, pelaku industri tahun ini pesimistis bisa tumbuh tinggi. Namun, dia enggan membocorkan berapa target penjualan yang dipatok oleh Bluescope Steel Indonesia. "Kami tidak berani ekspose, karena sulit memprediksi. Yang jelas, kami membutuhkan beleid safeguard itu untuk segera bisa terlaksana," ujar Karina.
Sekadar informasi, Blue-Scope Steel adalah satu dari tiga perusahaan yang tergabung dalam IZASI. Dua perusahaan lain adalah PT Saranacentral Bajatama dan PT Sunrise Steel. Seng aluminium adalah bahan baku bagi industri baja, yang produknya antara lain berupa atap rumah danĀ bahan bangunan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News