Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menargetkan dapat menguasai 48% pasar domestik aluminium di tahun 2025.
"Inalum diperkirakan menguasai 48% pasar domestik dari total kebutuhan aluminium primer, yaitu sebesar 472 ribu ton," ungkap Corporate Secretary Inalum, Mahyaruddin Ende saat dihubungi Kontan, Selasa (31/12).
Ende menambahkan, proyeksi kinerja tahun 2025 didukung dengan pertumbuhan signifikan Inalum yang terlihat dari penguatan keuangan dan efisiensi operasional tahun 2024.
Adapun dalam catatan Kontan, di tahun 2024, Inalum telah melaporkan kinerja produksi dan penjualan terbaik sepanjang sejarah dengan mencapai All-Time High Achievement Supply Chain & Commercial Management 2024.
Baca Juga: Inalum Beberkan Rencana IPO, Apakah Terealisasi Tahun Ini?
Perseroan mencatatkan penjualan aluminium tertinggi sebesar 263.195 metric ton (MT), yang merupakan rekor tertinggi sejak 2013 di level 260.651 MT.
Inalum mencatatkan All-Time High Production dengan kinerja produksi mencapai 265.546 kT, yang merupakan capaian tertinggi sejak 2014 sebesar 264.474 kT.
Khusus di dalam negeri, kebutuhan aluminium menurut Ende juga akan semakin meningkat tahun dengan dengan adanya berbagai proyek infrastruktur nasional, pengembangan energi terbarukan, dan transportasi publik.
"Kombinasi sinergi pasar global dan domestik menjadikan prospek aluminium pada 2025 tetap positif," katanya.
Terkait produksi, Inalum juga memastikan pada awal tahun 2025 Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat yang digerakan anak usahanya, PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) akan beroperasi.
"Beroperasinya Alumina Refinery PT BAI dengan kapasitas 1 juta ton juga akan membantu mitigasi kenaikan harga alumina akibat dinamika pasar global," tambahnya.
Asal tahu saja, hingga saat ini permintaan pasar aluminium domestik mencapai angka 1,1-1,2 juta ton per tahun. Adapun, hingga September 2024, 56% persen kebutuhan aluminium domestik masih dipenuhi dari impor dengan nilai mencapai US$ 3,5 miliar.
Baca Juga: Wamen BUMN Ungkap Rencana IPO MIND ID dan Inalum
Dengan beroperasinya smelter SGAR dan peningkatan produksi pada smelter aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, Indonesia diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada impor aluminium.
Perkembangan Pasar Aluminium Global di Tahun 2025
Terkait perkembangan pasar aluminium global, Inalum ungkap Ende optimis akan adanya pertumbuhan permintaan hingga 3,1% jika dibandingkan tahun lalu.
"Pertumbuhan ini didukung meningkatnya kebutuhan aluminium untuk proyek Ultra High Voltage (UHV) dan energi terbarukan," katanyanya.
Jika menilik pada data Tradingeconomics, harga aluminium berjangka yang telah diperdagangkan tercatat berada di atas US$ 2,556.5 per ton pada Selasa (31/12). Level harga ini naik 9,46% jika dibandingkan dengan harga di periode sama tahun lalu.
Ia menambahkan, kebijakan ekonomi China sebagai produsen aluminium terbesar di dunia juga diperkirakan menjaga akan tetap menjaga stabilitas harga di tahun ini.
"Permintaan ekspor tetap kuat, terutama dari negara dengan defisit produksi, serta sektor infrastruktur, energi terbarukan, dan otomotif, termasuk kendaraan listrik," tutupnya.
Baca Juga: MIND ID Ungkap Kelanjutan IPO Inalum dan Kemungkinan IPO Freeport
Sebagai tambahan informasi, pada Minggu (17/11) China telah mengumumkan akan menghentikan rebate pajak ekspor atau pengembalian pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak konsumsi (PPN) kepada para perusahaan pengekspor tembaga dan aluminium.
Langkah ini berdasarkan laporan Bloomberg, telah diterapkan sejak Desember 2024. Dilatarbelakangi oleh kritik keras, yang terutama datang dari negara-negara mitra dagang utama China seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Amerika Selatan.
Selanjutnya: Komisi IV DPR RI Sambut Positif Kenaikan HPP Gabah dan Jagung
Menarik Dibaca: BSI Bidik 10 Juta Pengguna BYOND by BSI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News