kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Indef sebut kekeringan berpotensi gerus setengah produksi pangan nasional


Kamis, 11 Oktober 2018 / 07:05 WIB
Indef sebut kekeringan berpotensi gerus setengah produksi pangan nasional


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

Heri Firdaus meminta pemerintah bisa mengantisipasi kondisi ini. Dengan rentetan musim kemarau yang dilanjutkan El Nino, pertanian pangan bisa makin terdampak.

Soalnya November hingga Maret biasanya merupakan masa tanam hingga panen raya pertama untuk padi.

Selain faktor cuaca, produksi pangan juga masih harus mengahadapi risiko kurangnya sarana dan prasarana yang bisa menunjang produktivitas pertanian. Salah satunya adalah kurangnya saluran irigasi yang memadai di Indonesia.

Berdasarkan data tahun 2014 luas lahan pertanian yang memiliki sumber air dari irigasi hanya sekitar 797,97 ribu hektare.

Angka ini hanya 11 % dari total lahan pertanian di Indonesia yang mencapai 7,23 juta hektare. Bahkan sampai 2019, diproyeksikan luasan lahan pertanian yang bisa teraliri air dari irigasi hanya 20 % dari total luas lahan pertanian nasional.

Padahal menurut Heri, irigasi menjadi salah satu infrastruktur yang urgen dalam pembangunan pertanian.

Ini khususnya untuk tanaman pangan seperti padi dan jagung yang memiliki beberapa masa tanam dan panen dalam setahun. Sebab sangat mungkin, masa tanam tiba ketika bukan musim penghujan.

“Jadi memang posisi irigasi stanby bisa digunakan setiap saat. Tapi kalau cuma 20 % adanya, ini bisa mengganggu produktivitas,” tutur peneliti ini lagi.

Namun, masalah irigasi yang tidak sampai 20 % mengaliri sawah Indonesia tampaknya tak masuk hitungan risiko Kementerian Pertanian (Kemtan).

Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan Bambang Sugiharto beralasan, ini karena rata-rata lahan sawah di Indonesia memiliki sumber airnya sendiri tanpa harus bergantung kepada sistem irigasi. “Itu kan hanya sistem pengairannya saja,” serunya.

Mengenai kemarau panjang yang telah menyebabkan banyak kekeringan di berbagai wilayah, Bambang pun menegaskan, hal ini tidak akan membuat produktivitas tanaman pangan, khususnya padi, menjadi berkurang drastis.

“Kalau mengganggu produksi, ya mungkin sedikit, tapi tidak mengganggu kecukupan pangan kita,” ungkap Bambang.

Apalagi menurutnya, kekeringan karena kemarau lebih banyak terjadi di Pulau Jawa. Sementara itu, kawasan utara Khatulistiwa seperti Sumatra masih aman. Bahkan daerah tersebut sudah memasuki musim penghujan.

“Di kawasan utara Khatulistiwa, musim hujannya berkebalikan dengan di Jawa. Meskipun kekeringan di Jawa nih, di Aceh banjir, Sumatra Utara banjir,” tuturnya. (Sanusi)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul INDEF: Kekeringan Berpotensi Gerus Setengah Produksi Pangan Nasional,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×