kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia luncurkan 100 unit bus biodiesel di APEC


Jumat, 04 Oktober 2013 / 13:35 WIB
Indonesia luncurkan 100 unit bus biodiesel di APEC
ILUSTRASI. Jemaah haji Indonesia diimbau agar selalu memperhatikan kesehatan selama di Tanah Suci. Saudi Press Agency/Handout via REUTERS


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

NUSA DUA. Pemerintah Indonesia meluncurkan 100 unit mobil hijau yang menggunakan bahan bakar nabati (BBN), di KTT APEC 2013. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, peluncuran 100 unit bus dari PT Pertamina ini, sebagai titik tolak dari kemajuan industri biodiesel di Indonesia.

Penggunaan bus berbahan bakar biodiesel ini sebagai salah satu contoh konkrit pemerintah dalam mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Jika ini terus dilanjutkan maka akan berdampak pada pengurangan impor BBM, serta menggerakkan industri biodiesel di dalam negeri. "Jika hal ini berkesinambungan, maka dalam waktu dekat Indonesia dapat menyelamatkan masyarakat dari penggunaan BBM, dan menyimpan devisa untuk masa depan bangsa," katanya, Jumat (4/10).

Sementara, Kepala BKPM Mahendra Siregar menuturkan, ada tiga kelemahan yang dimiliki Indonesia saat ini. Pertama, ketergantungan impor yang berdampak pada neraca transaksi berjalan terus menerus. Kedua, lemah terhadap ketahanan fiskal, yang disebabkan kenaikan konsumsi dan subsidi BBM. Ketiga, kelemahan sawit menembus pasar internasional.

"Kita bisa mengubah keadaan. Dengan menggunakan lebih banyak bioenergi, maka ketergantungan terhadap BBM impor berkurang," tuturnya.

Mahendra mengatakan bahwa jika ingin memperbaiki ketahanan fiskal, maka subsidi BBM juga harus dikurangi. "Pengembangan biodiesel jangan tergantung subsidi. Kalau pakai subsidi, maka enggak bagus," ucapnya.

Menurut Mahendra, Indonesia harus memperkuat pasar sawit dalam negeri. "Kalau kita bisa menaikkan produksi sawit, maka sawit kita bisa sustainable dan bisa lebih kuat," cetusnya. Salah satu caranya, meningkatkan produksi tanpa memperluas lahan. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×